Surabaya, Pahami.id –
Kiai tua ikut bergabung Sesepuh Nahdlatul Ulama & Forum Mustasyar kembali menggelar pertemuan membahas konflik internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Nyonya) di SMA Islam Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (6/12).
Melalui Juru Bicara Forum yang juga Juru Bicara Madrasah Ibtidaiyah Lirboyo, Kh Oing Abdul Muid atau Gus Muid, para senior Nu Kiai mengaku menemukan pelanggaran berat yang diduga dilakukan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staqef.
“Forum ini juga menyaksikan informasi kuat mengenai pelanggaran berat atau kesalahan pengambilan keputusan oleh Ketua Umum yang perlu dijelaskan melalui mekanisme organisasi yang komprehensif,” demikian bunyi salah satu kesimpulan forum, yang disampaikan Gus Muid, Sabtu sore.
Namun Gus Muid, Forum Penatua & Mustasyar Nahdlatul Ulama juga menilai proses pencopotan Gus Yahya sebagai Ketua Umum tidak sesuai dengan aturan organisasi yang tertuang dalam iklan/pasal tersebut.
“Forum merekomendasikan agar dilakukan rapat paripurna untuk menentukan PJ [Ketua Umum] “Tidak dilaksanakan sebelum seluruh prosedur dan pembahasan selesai sesuai ketentuan organisasi,” ujarnya.
Menurut Gus Muid, Forum Sesepuh mengajak semua pihak untuk menahan diri, menjaga ketertiban organisasi, dan menghindari tindakan yang berpotensi meningkatkan ketegangan.
Forum ini menekankan bahwa permasalahan ini perlu diselesaikan melalui mekanisme internal NU, tanpa melibatkan lembaga atau proses eksternal, untuk menjaga kekuasaan Jam’iyyah dan menjaga NU sebagai aset besar bangsa, ujarnya.
Sejumlah tokoh yang hadir dalam forum tersebut adalah Shibelul Bait & Shoibul Hajat Kh Umar Wahid dan Kh Abdul Hakim Mahfudz.
Kemudian hadir sesepuh & mustasyar, Kh Ma’ruf Amin melalui Zoom, Kh said Aqil Siradj, Kh Anwar Manshur, Kh Nurul Huda Djazuli, Kh Abdullah Ubab Maimoen (via Zoom), Hj. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (via Zoom), HJ Mahfudloh Wahab.
Sementara itu, jajaran Syuriyah & Tanfidziyah PBNU hadir H Mohammad Nuh, H Nur Hidayat, Kh Ali Akbar Marbun, Kh Said Asrori, Kh Yahya Cholil Staquf, Kh Mu’adz, Hamin.
Berikutnya, tiga juru bicara forum tersebut adalah Hm Abdul Mu’id Lirboyo, H Abdurrahman Kautsar Ploso, dan Kh Imron Mutamakkin Pasuruan.
Konflik internal PBNU bermula dari beredarnya dokumen risalah rapat harian PBNU Suriah, 20 November 2025. Forum tersebut meminta Yahya Cholil Staqu mundur atau dicopot dari jabatan Ketua Umum PBNU, dalam waktu tiga hari. Dokumen itu sendiri ditandatangani oleh Rais Aam Pbnu Kh Miftachul Akhyar.
Beberapa alasan pemakzulan tersebut antara lain karena Yahya dianggap memiliki keterkaitan dengan jaringan Zionis Internasional, serta dianggap melanggar tata kelola keuangan PBNU.
Beberapa hari kemudian, Rabu (26/11), diterbitkan surat edaran PBNU yang berisi tanda tangan elektronik Wakil Presiden Aam Afifuddin Muhajir dan Sekretaris Ahmad Tajul Mafakhir, No.02/.
Menanggapi hasil rapat Dewan Suriah dan surat tersebut, Gus Yahya memberikan perlawanan dan mengaku tak akan mundur. Ia pun menyatakan surat tersebut tidak sah. Ia menegaskan, dirinya masih berstatus Ketua PBNU.
Sejalan dengan itu, Gus Yahya mencopot Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul dari jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU, dan juga mencopot Gudfan Arif dari jabatan Bendahara Umum PBNU.
Pencopotan Gus Ipul berdasarkan hasil rapat harian Tanfidziyah yang digelar Jumat (28/11) di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta. Rapat dipimpin langsung oleh Gus Yahya selaku Ketua Umum PBNU.
Berikutnya, Rais Aam Pbnu Kh Miftachul Akhyar akhirnya tampil ke publik dan menyatakan Gus Yahya tidak lagi menjadi Ketua Umum PBNU pada 26 November 2025 pukul 00.45 Wib.
Hingga tanggal 26 November 2025 pukul 00.45 WIB KH Yahya Cholil Staqu tidak lagi berstatus Ketua Umum PBNU. Sejak saat itu, kepemimpinan PBNU sepenuhnya berada di tangan Rais Aam, ujarnya, 29 November.
Sejumlah kiai senior Nahdlatul Ulama kemudian membentuk Forum Diskusi Nahdlatul Ulama untuk membahas konflik yang sedang terjadi di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Mereka meminta semua pihak menyetujuinya.
Forum ini diprakarsai oleh KH Anwar Manshur (Lirboyo) dan KH Nurul Huda Djazuli (PLOSO). Setidaknya ada 10 Kiai yang hadir secara langsung maupun daring di SMP Islam Al Falah, Kediri, Jawa Timur, Senin (30/11) lalu.
(FRA/FRD/FRA)

