Jakarta, Pahami.id –
Etiopia mengkonfirmasi wabah pertama atau terjadinya penyakit yang tidak biasa virus Marburg Setelah 9 kasus dilaporkan.
Kasus pertama dilaporkan di wilayah Omo di Ethiopia selatan, yang berbatasan dengan Sudan Selatan.
Pada Kamis (13/11), Direktur Jenderal CDC Afrika Jean Kaseya mengatakan wabah ini mengkhawatirkan.
Sudan Selatan letaknya tidak jauh dan memiliki sistem kesehatan yang rapuh, kata Kasya seperti dikutip dari Antara Al Jazeera.
Selain Ethiopia, tidak ada negara lain di Afrika yang melaporkan kasus virus Marburg dalam beberapa pekan terakhir.
Virus Marburg berasal dari kelelawar buah Mesir. Virus ini dapat menular antar manusia melalui cairan tubuh atau benda terinfeksi yang terkontaminasi cairan seperti pakaian atau seprai.
CDC menggambarkan virus Marburg sebagai demam berdarah yang “jarang namun parah” yang dapat berakibat fatal.
Infeksi virus Marburg dapat menimbulkan gejala demam, ruam, dan pendarahan hebat. Menurut CDC, tidak ada pengobatan atau vaksin untuk Marburg. Perawatan, menurut CDC, terbatas pada perawatan suportif termasuk istirahat dan hidrasi.
Sebaliknya, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Jumat memuji Kementerian Kesehatan Ethiopia dan lembaga kesehatan lainnya atas “respons cepat dan transparan terhadap wabah ini”.
“Tindakan Swift menunjukkan keseriusan komitmen negara untuk segera mengendalikan epidemi ini,” kata Tedros dalam postingan media sosialnya.
Beliau terus secara aktif mendukung Ethiopia untuk mengendalikan wabah dan mengobati orang yang terinfeksi, serta mendukung semua upaya untuk mengatasi potensi penyebaran lintas batas.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Ethiopia mengatakan pemeriksaan di seluruh komunitas sedang dilakukan. Kemudian yang terinfeksi diisolasi dan diobati.
Kementerian juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik, selalu mengikuti instruksi dari otoritas kesehatan, dan mencari pertolongan medis jika muncul gejala.
(ELS)

