Jakarta, Pahami.id —
Mantan anggota kabinet Perdana Menteri Benyamin Netanyahu periode 2013-2016 dan kata mantan Menteri Pertahanan Moshe Yaalon Israel melakukan kejahatan perang dan pembersihan etnis di Semenanjung Gaza.
Netanyahu telah beberapa kali menjadi Perdana Menteri Israel, yakni pada tahun 1996-1999, 2009-2021, dan 2022 hingga saat ini.
Yaalon mengatakan kelompok garis keras di kabinet Netanyahu ingin mengusir warga Palestina dari Gaza utara dan membangun kembali permukiman di sana.
“Saya harus memperingatkan tentang apa yang terjadi di sana dan apa yang disembunyikan dari kami,” kata Yaalon seperti dikutip media Israel, Kan Al JazeeraSenin (12/2).
Dia kemudian berkata, “Akhirnya kejahatan perang sedang dilakukan.”
Menanggapi tudingan tersebut, partai pimpinan Netanyahu, Likud, menyebut Yaalon menebar fitnah.
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa’ar juga mengatakan tuduhan itu tidak berdasar.
Sa’ar mengatakan, semua yang dilakukan Israel sesuai dengan hukum internasional.
“Dan sangat disayangkan mantan Menteri Yaalon tidak menyadari dampak yang ditimbulkannya dan mencabut pernyataannya,” kata Sa’ar dalam konferensi pers.
Yaalon bukan satu-satunya yang melontarkan tuduhan kejahatan perang. Pekan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Mereka diduga melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Kejahatan perang tersebut antara lain kelaparan sebagai metode peperangan, pembunuhan, penyiksaan, dan tindakan tidak manusiawi lainnya.
Israel telah melancarkan invasi ke Palestina sejak Oktober 2023. Selama operasi tersebut, mereka menembaki warga sipil dan objek sipil secara besar-besaran.
Akibat invasi Israel, lebih dari 44.000 orang di Palestina tewas dan jutaan orang menjadi pengungsi.
(isa/bac)