Dewan Keamanan PBB menyerukan agar jeda kemanusiaan diperpanjang di Jalur Gaza setelah itu Israel melancarkan serangan berulang kali terhadap Hamas di wilayah tersebut.
Laporan dari AFPKamis (16/11), resolusi yang disiapkan Malta “menyerukan jeda dan koridor kemanusiaan segera dan diperpanjang di seluruh Jalur Gaza selama beberapa hari” agar bantuan dapat menjangkau warga sipil di wilayah yang terkepung.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Sebanyak 12 negara mendukung resolusi tersebut. Sedangkan tiga negara netral adalah Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia.
Setelah serangan militan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, dan pemboman balasan Israel di Jalur Gaza, DK PBB berusaha untuk mengadopsi semacam resolusi.
Namun empat rancangan resolusi gagal pada bulan Oktober, sehingga mengungkap perpecahan yang sudah berlangsung lama dalam konflik Israel-Palestina, dengan Rusia dan Tiongkok di satu sisi dan Amerika Serikat di sisi lain.
Kemudian pada tanggal 27 Oktober, Majelis Umum PBB mengeluarkan teks tidak mengikat yang menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera.” Amerika Serikat dan Israel menentang teks tersebut, yang tidak menyebutkan Hamas.
Dengan 10 anggota tidak tetapnya sebagai pemimpin, Dewan Keamanan meluncurkan perundingan baru mengenai resolusi, namun perundingan terhenti karena kata-kata yang digunakan untuk menyerukan diakhirinya pertempuran.
Amerika Serikat menentang penggunaan istilah “gencatan senjata”, kata para diplomat. Istilah lain yang muncul adalah “gencatan senjata” dan “jeda”.
“Saya tahu kita semua kecewa dengan tidak adanya tindakan Dewan Keamanan dalam 40 hari terakhir,” kata Duta Besar Tiongkok untuk PBB Jun Zhang.
Resolusi yang disahkan pada hari Rabu menyebutkan anak-anak di hampir setiap paragraf, termasuk “tuntutan agar semua pihak mematuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional… khususnya yang berkaitan dengan perlindungan warga sipil, terutama anak-anak.”
Pernyataan itu juga menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera yang ditahan oleh Hamas dan kelompok lain, terutama anak-anak.
Utusan Malta untuk PBB Vanessa Frazier mengatakan “Anggota Dewan Keamanan bersatu dalam menginginkan pemungutan suara.”
Meskipun mengakui “perbedaan” antara posisi mereka, dia mengatakan semua 15 anggota memiliki “keinginan untuk menyelamatkan nyawa dan memberikan kelonggaran” kepada masyarakat.
(AFP/fra)
[Gambas:Video CNN]