Jakarta, Pahami.id –
Wakil Ketua Komisi II DPR Zulfikar Ass Sadikin berharap pemerintah daerah bisa lebih efektif dan efisien dalam merangkum program dan kebijakan pasca pemotongan Pindahkan dananya ke daerah (TKD) oleh Pemerintah Pusat.
Ass meyakini, banyak potensi yang bisa digali oleh pemerintah daerah dalam pendapatannya. Menurut Ass, salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan tata kelola.
“Pak.Prabowo [Presiden Prabowo Subianto] Saya selalu mengatakan itu. Lalu beli -bocorannya juga sering bocor. “Bagaimana tidak terjadi lagi,” ujarnya di Kompleks Parlemen, Kamis (9/10).
“Kemudian kita juga perlu melakukan rasionalisasi dan mengefektifkan program dan kebijakan. Kebijakan dan program harus benar-benar menjadi kebutuhan prioritas masyarakat,” tambah Ass.
Politisi Partai Golkar menilai selama ini banyak program pemerintah daerah yang tidak efektif dan mubazir. Misalnya, kata dia, ada kawasan yang memasang pagar antar kantor pemerintahan daerah.
“Kenapa ada pagar antar kantor? Itu menambah biaya, artinya rasionalisasi perlu dilakukan secara efektif,” Ass.
Selain menyusun kebijakan dan program yang efektif, Ass mengatakan masih banyak sumber pendapatan lain yang bisa dimanfaatkan pemerintah daerah. Mulai dari mengoptimalkan BUMD untuk bekerjasama dengan swasta melalui kemitraan pemerintah swasta (KPS) atau kemitraan pemerintah swasta (KPS).
KPS merupakan bentuk kerja sama antara masyarakat (pemerintah) dan swasta untuk menyediakan layanan publik atau infrastruktur yang biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah.
“Jadi kemarin saya sampaikan masih banyak langkah yang bisa kita lakukan, masih banyak jalan menuju Mekkah dan dibalik sulitnya fasilitas, tinggal membaca apa yang dikatakan kepala daerah,” Ass.
Penurunan TKD pada tahun 2026 menjadi sorotan. Pemerintah awalnya memperkirakan hanya Rp650 triliun atau lebih rendah 29 persen dibandingkan tahun ini yang sebesar Rp919 triliun.
Pulbaya Yudhi Sadewa yang baru menjabat Menteri Keuangan pada Senin (8/9), akhirnya menambah dana TKD tahun depan sebesar Rp43 triliun, dari Rp650 triliun menjadi Rp693 triliun.
(melalui/dmi)