Jakarta, Pahami.id —
Mantan Menteri Kebudayaan PalestinaAtef Abu Saif menceritakan pengalamannya menulis buku di bawah bayang-bayang penyerangan Israel.
Kesaksian itu terungkap saat Saif melakukan wawancara eksklusif dengan CNNIndonesia.com di Perpustakaan Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Rabu (23/10). Ia berkunjung ke RI untuk meluncurkan dan mendiskusikan buku yang ditulisnya.
“Saya awalnya tidak berencana menulis buku, karena awalnya saya menulis tentang apa yang terjadi pada saya,” kata Saif.
Saif mengatakan dia ingin orang lain mengetahui apa yang terjadi di Gaza, terutama karena banyak jurnalis yang terbunuh dalam serangan Israel.
Mantan Menteri itu menulis buku harian yang kini menjadi buku berjudul Diari Genocide. Ia mencatat kekejaman Israel di Gaza pada Oktober hingga Desember 2023.
Israel melancarkan invasi besar-besaran pada Oktober 2023 sebagai respons atas serangan mendadak Hamas. Dalam operasinya, mereka menyerang warga dan fasilitas umum tanpa pandang bulu.
Akibat invasi ini, lebih dari 42.500 orang di Palestina tewas dan jutaan orang terusir dari rumahnya dan terpaksa menjadi pengungsi.
Setiap hari, Saif mendengar ledakan dan suara keras jet tempur. Dia juga melihat peningkatan jumlah kematian warga sipil.
“Bom berjatuhan di mana-mana, kehancuran terjadi, dan jet tempur menghancurkan setiap detiknya,” katanya.
Saat itu, ia merasa harapan hidupnya “setipis benang”. Bahkan Saif pun tidak tahu apakah dia bisa bertahan atau tidak.
“Saya pikir saya akan pergi selamanya [meninggal]”katanya.
Namun, ia memilih bertahan dan berjuang hingga saat ini. Gaza adalah tempat kelahirannya.
Saif lahir di kamp pengungsi Jabalia pada tahun 1973. Ia mendedikasikan karirnya untuk menyoroti pengalaman masyarakat di Palestina melalui karya sastra.
(isa/dna)