Berita Capres Janji RI Bawa ASEAN Atasi Konflik LCS dengan China, Mampukah?

by

Jakarta, Pahami.id

Wilayah ASEAN menjadi sorotan setelah sempat disebut-sebut dalam debat calon presiden (debat presiden) ketiga di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1).

Dalam debat tersebut, calon presiden diberikan pertanyaan mengenai inisiatif calon terkait konflik Laut Cina Selatan (SCS) dan perundingan kode etik atau Code of Conduct (CoC) antara ASEAN dan China terkait LCS yang hingga saat ini belum disepakati. selama dua dekade.


LCS menjadi kawasan rawan konflik setelah China mengklaim hampir 90 persen wilayah laut yang tumpang tindih dengan wilayah beberapa negara ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei.

Meski Indonesia sejauh ini bersikukuh tidak berselisih dengan Tiongkok di Laut Cina Selatan, perilaku agresif Beijing yang mengirimkan kapal patroli dan kapal penangkap ikannya ke zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia di Natuna dekat Laut Cina Selatan kerap meresahkan Jakarta.

Calon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengatakan, Indonesia memiliki banyak langkah untuk menyelesaikan konflik di LCS, salah satunya melalui penyelesaian CoC.

“Jadi usulan kita sudah sangat jelas dan jelas. Apa itu? Perjanjian sementara. Kenapa perjanjian sementara? Ini harus kita dorong dan inisiatif agar kita bisa mencegah sesuatu yang tidak kita inginkan,” kata Ganjar.

Anies kemudian menjawab Ganjar tidak menyebut nama ASEAN.

[Gambas:Video CNN]

Padahal, kata kunci penyelesaian masalah ini adalah ASEAN. Dan Indonesia adalah negara terbesar di ASEAN, pendiri ASEAN. Indonesia harus kembali menjadi pemimpin dominan ASEAN, kata Anies.

Ia juga menyampaikan bahwa Indonesia tidak hanya hadir dalam pertemuan tingkat tinggi blok ini, namun juga melakukan pendekatan kepada seluruh negara anggota ASEAN.

“Kalau kita membangun perjanjian di ASEAN, bagaimana kita mengaturnya, bagaimana kita menghadapi kekuatan di luar ASEAN. Karena kekuatan di luar ASEAN datang ke sini, kita menghadapinya sebagai satu kawasan,” kata Anies.

Ganjar kemudian menjawab, kesepakatan yang dicapai di ASEAN membutuhkan proses yang rumit dan panjang.

Prabowo dalam kesempatan itu memaparkan kekuatan pertahanan seperti patroli dan satelit terkait situasi di Laut Cina Selatan.

Selain itu, mampukah calon presiden ini memimpin ASEAN mengatasi konflik di LCS?

Pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia Sya’roni Rofii yakin Indonesia bisa membantu mengatasi permasalahan di Laut Cina Selatan melalui ASEAN.

“Iya sangat mungkin. Kalau di era Sukarno Indonesia yang memulai Gerakan Non-Blok, bisa juga untuk urusan LCS. Dan itu tergantung Presiden terpilih,” kata Sya’roni kepada CNNIndonesia.comMinggu (7/1).

Presiden terpilih kemudian dapat mengutus Menteri Luar Negeri untuk menangani urusan LCS.

Melihat kembali sejarah politik luar negeri Indonesia, Sya’roni meyakini Indonesia memiliki DNA sebagai motor penggerak utama ASEAN.

“Arah ASEAN sangat bergantung pada navigasi Indonesia. Oleh karena itu, presiden Indonesia berikutnya harus berani mendesak penyelesaian konflik LCS dengan pendekatan cara Asia, bukan cara Barat,” lanjutnya.

Dalam kesempatan itu, Syaroni juga membeberkan pandangan ketiga calon presiden terkait konflik di LCS.

Menurutnya, pasangan calon nomor urut 1 dan 3 cenderung melakukan pendekatan alternatif, sedangkan calon nomor urut 2 cenderung melanjutkan pendekatan yang ada saat ini.

Sya’roni kemudian menyarankan agar ASEAN harus melakukan pemulihan sejalan dengan dinamika perubahan lingkungan kawasan.

“Revitalisasi bisa dimulai dari penguatan peran sekretariat ASEAN untuk mengelola permasalahan yang terjadi di ASEAN,” ujarnya.

Pengamat HI berharap ASEAN, dalam beberapa hal, harus meniru model Uni Eropa.

Salah satunya adalah meningkatkan peran ASEAN Regional Forum (ARF) untuk menyusun skenario bersama untuk melindungi kawasan. Beberapa langkah tersebut antara lain meningkatkan patroli bersama di wilayah maritim dan membangun kesamaan persepsi mengenai urusan LCS.

Ia juga mengatakan ASEAN masih memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

“Pekerjaan rumah ASEAN adalah bagaimana menyelesaikan permasalahan yang konkrit dan terukur. Persoalan pengungsi Rohingya misalnya, tidak bisa dilepaskan dari permasalahan domestik Myanmar. Jika permasalahan di Myanmar bisa diselesaikan maka tidak akan menjadi masalah bagi negara tetangganya,” lanjutnya. .

Namun isu Rohingya tidak disebutkan dalam debat capres ketiga ini.

Bersambung di halaman berikutnya…


!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);