Jakarta, Pahami.id –
Kementerian Luar Negeri (Kementerian Luar Negeri) Republik Indonesia mengutuk serangan terhadap salah satu gereja Katolik di Strip Gaza PalestinaGereja Keluarga Suci yang menyebabkan tiga kematian.
“Indonesia mengutuk serangan terhadap Gereja Keluarga Suci Gaza, satu -satunya Gereja Katolik di Gaza, yang menyebabkan kehidupan sipil yang tidak bersalah (17/07),” Kementerian Kementerian Luar Negeri yang dirilis hari ini pada hari Jumat (7/18).
Kementerian Luar Negeri juga menyatakan bahwa serangan itu mencerminkan pengabaian penuh hukum kemanusiaan dan kemanusiaan internasional serta kemurnian tempat ibadah.
“Ini semakin mencerminkan tidak adanya komitmen Israel dalam memenuhi kewajibannya sebagai kekuatan pendudukan, terutama untuk perdamaian dan stabilitas wilayah,” kata mereka.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri menekankan bahwa situs keagamaan, fasilitas medis, dan fasilitas sipil lainnya dilindungi oleh hukum internasional dan mungkin bukan target serangan.
Israel menyerang Gereja Katolik secara membabi buta di Gaza dan membuat tiga orang terbunuh dan beberapa orang terluka. Salah satu yang terluka adalah Pastor Gabriel Romanel.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa pasukan militer Israel menjaga gereja setelah ditekan oleh Presiden AS Donald Trump. Namun, ia berpendapat bahwa serangan itu adalah target yang salah.
Trump dilaporkan marah di Netanyahu melalui telepon setelah insiden itu. Kemudian Kantor Perdana Menteri Israel (Kantor Perdana Menteri) mengeluarkan pernyataan terkait serangan terhadap gereja yang diduga.
“Israel sangat disesalkan bahwa peluru itu hilang tentang Gereja Keluarga Suci di Gaza,” rilis PMO resmi itu dikutip mengatakan Waktu Israel.
Mereka kemudian berkata, “Setiap kehidupan yang tidak bersalah mengambang adalah tragedi. Kami mohon maaf kepada keluarga dan dapat dipercaya.”
Selama invasi, Israel sering menyerbu tempat -tempat ibadah, kamp -kamp pengungsi, ke sekolah. Namun, mereka selalu menyangkal dan menyebut tempat itu menjadi markas Hamas.
Badan -badan kemanusiaan di Palestina, meskipun berulang kali menyatakan bahwa fasilitas sipil adalah tempat bagi kamp -kamp pengungsi karena rumah mereka dihancurkan oleh Israel.
Selama invasi, lebih dari 58.000 orang di Palestina meninggal dan jutaan orang harus menjadi pengungsi.
(ISA/RDS)