Jakarta, Pahami.id –
Anggota Komisi V DPR Haryanto mengkritisi keterlambatan informasi dari lembaga meteorologi, klimatologi, dan geofisika (Bmmm) terkait rangkaian bencana alam yang terjadi di kawasan tersebut belakangan ini.
Dalam pertemuan dengan BMKG, Haryanto tak menampik cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini. Namun, BMKG seharusnya mengantisipasi hal tersebut dengan peringatan dini.
“Banyak terjadi bencana alam yang tidak terduga di beberapa daerah, baik di luar Jawa, di Jawa Tengah, maupun di daerah-daerah di Jawa Barat dan lainnya,” kata Haryanto dalam pertemuan, Selasa (11/11).
“Sepertinya informasinya agak terlambat menurut kami,” ujarnya.
Ia menduga ada beberapa penyebab, salah satunya karena keberadaan Sekolah Ilmu Iklim (SLI) di bawah BMKG tidak berjalan efektif. Padahal, sekolah lapangan seharusnya bermanfaat agar masyarakat tidak bergantung pada informasi resmi pemerintah.
Haryanto mendorong BMKG untuk terus memperluas kehadiran sekolah lapangan di seluruh wilayah. Sebab, menurutnya, saat ini jumlah 30 sekolah dinilai masih kurang.
“Kalau kita ada ketentuan sekolah lapangan yang diperluas, maka jumlahnya juga akan bertambah, itu berbeda, jadi kalau itu angka, sekolah lapangan yang ada tadi disebutkan hanya 30 orang. [lokasi]Ya. “Itu hanya waktu yang terbatas,” katanya.
Sementara itu, Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani dalam laporannya mengungkapkan beberapa indikator kinerjanya dalam tiga bulan terakhir hingga September 2025.
Pertama, mengenai keakuratan informasi di bidang BMKG dan modifikasi cuaca mencapai 102 persen. Kedua, indeks kepuasan pelayanan informasi mencapai 99,73 persen, dan pemahaman masyarakat terhadap informasi BMKG mencapai 107,31 persen.
“Kami berharap dalam tiga bulan terakhir ini capaian indikator kinerja semakin meningkat,” kata Faisal.
Sedangkan sekolah lapangan iklim, kata Faisal, kini tersebar di 35 lokasi dengan peserta 1.360 orang. Sedangkan Sekolah Gempa Bumi merupakan yang terbesar dengan jumlah 1.774 orang yang tersebar di 37 wilayah, dan Sekolah Lapangan Cuaca Perikanan diikuti 1.285 orang yang tersebar di 37 lokasi.
(melalui/dmi)

