Jakarta, Pahami.id —
partai oposisi di parlemen Korea SelatanPartai Demokrat (DP), kini sedang mempersiapkan upaya pemakzulan kedua terhadap Presiden Yoon Seokyeoaku dampak dari drama darurat militer yang terjadi pekan lalu.
DP berencana melaporkan mosi pemakzulan kedua Presiden Yoon ke Majelis Nasional Korea Selatan pada hari ini, Kamis (12/12). Sementara pemungutan suara terhadap usulan tersebut akan dilakukan pada Sabtu (13/12).
Juru bicara DP, Kang Yu Jung mengatakan, partainya akan mengadakan pemungutan suara terhadap usulan pemakzulan kedua Presiden Yoon pada hari Sabtu pukul 17.00 waktu setempat, seperti dikutip dari The Korea Times.
Lantas, apakah Presiden Yoon akan selamat dari upaya pemakzulan kedua yang dilakukan DP kali ini?
Yoon mungkin tidak selamat dari upaya pemakzulan
Analis politik Korea Selatan, Park Sang Byung, mengatakan Presiden Yool kemungkinan besar tidak akan selamat dari upaya pemakzulan kedua yang dilakukan DP kali ini. Sebab kata dia, jumlah anggota parlemen yang menyetujui upaya tersebut akan bertambah pada pemungutan suara Sabtu mendatang.
Park menambahkan, dalam pemungutan suara hari Sabtu, partai berkuasa di Korea Selatan dan partai pendukung Yoon dalam pemilihan presiden Korea Selatan 2022, PPP, juga tidak akan bisa memboikot usulan pemakzulan Yoon seperti yang mereka lakukan pekan lalu.
Pasalnya, tingkat kemarahan masyarakat Korea Selatan terhadap Yoon akibat drama darurat militer yang terjadi pekan lalu sudah mencapai puncaknya.
“Kali ini, PPP tidak bisa menghindari partisipasi dalam pemungutan suara pemakzulan karena kemarahan publik yang meluas. Malah, (proses) pemungutan suara yang dilakukan secara rahasia akan meningkatkan kemungkinan anggota parlemen akan memilih sesuai hati nuraninya,” kata Park, Rabu (11/11). /12). ).
Park pun berasumsi, dalam pemungutan suara kali ini, PPP juga akan menyetujui pemecatan Yoon. Sebab, mereka tahu bahwa Presiden Yoon tidak akan mau mengundurkan diri “secara sukarela”.
Selain itu, Yoon juga mengaku tidak bersalah atas drama darurat militer yang terjadi di Korea Selatan pekan lalu.
“Lebih jauh lagi, meski Yoon secara sukarela mundur, kecil kemungkinannya pihak oposisi akan menerima gagasan tersebut. Terlebih lagi, ada risiko apa yang akan terjadi jika Yoon menolak mundur,” kata Park.
“Akhirnya, sejak Yoon dilaporkan mulai menyewa pengacara untuk mempersiapkan penuntutan, anggota parlemen PPP tidak akan merasa terlalu terbebani untuk memilih mendukung penuntutan,” tambahnya.
Oleh karena itu, Park menilai Yoon kemungkinan besar akan gagal bertahan dari upaya pemakzulan yang dilakukan DP. Ia pun memprediksi peluang berhasil menipu Yoon sebesar 100 persen.
“Dengan mempertimbangkan semua ini, kemungkinan keberhasilan pemecatan adalah 80 persen. Jika gagal kali ini, kemungkinan keberhasilan pemecatan kali ini adalah 100 persen,” tegas Park.
Para ahli lainnya juga berpendapat serupa
Senada dengan Park, profesor politik Universitas Myongji, Shin Yul, mengatakan bahwa ia juga berpendapat mosi untuk memakzulkan Presiden Yoon akan disetujui oleh Majelis Nasional pada hari Sabtu.
“Fraksi pro-Yoon juga akan setuju untuk memberikan suara pada mosi pemakzulan karena presiden sendiri tampaknya telah menerima gagasan pemakzulan tersebut. Dari sudut pandang Presiden Yoon, pemakzulan juga mungkin merupakan pilihan yang lebih baik,” kata Shin.
“Jika dia mengundurkan diri secara sukarela, dia bisa dituduh melakukan pemberontakan dan menghadapi tuduhan makar. Dengan membawa kasus ini ke Mahkamah Konstitusi, dia mungkin mencoba membenarkan keputusan darurat militer tersebut sebagai tindakan pemerintah tingkat tinggi,” lanjut Shin.
Partai Demokrat sebenarnya sudah mengajukan mosi untuk memakzulkan Presiden Yoon pada pekan lalu. Namun usulan tersebut ditolak mentah-mentah oleh partai penguasa Korea Selatan, Partai Kekuatan Rakyat (PPP) pada sidang Majelis Nasional.
Hal ini mengakibatkan Yoon akhirnya lolos dari upaya pemakzulan dan masih menjabat sebagai Presiden Korea Selatan hingga saat ini.
(gas/bac)