Berita Apa Budaya Asli Tajikistan yang Larang Hijab karena Dianggap Asing?

by


Jakarta, Pahami.id

Pemerintah Tajikistan baru-baru ini mengesahkan undang-undang yang melarang penggunaan jilbab di negara mayoritas Muslim.

Parlemen Tajikistan mengadopsi rancangan undang-undang (RUU) tentang “tradisi dan perayaan”.

RUU tersebut melarang penggunaan, impor, penjualan dan pemasaran “pakaian asing dalam budaya Tajikistan”. Mayoritas pejabat dan anggota masyarakat mengatakan larangan tersebut ditujukan pada pakaian muslim biasa.


Pemerintah berpendapat bahwa larangan penggunaan jilbab dan atribut keagamaan lainnya adalah “untuk melindungi nilai-nilai budaya nasional” dan “mencegah takhayul dan ekstremisme”.

Apa itu budaya Tajik?

Istilah Tajik mengacu pada kelompok etnis kuno yang tersebar di seluruh Asia Tengah, paling sering di Tajikistan dan Afghanistan.

Orang Tajik umumnya berbahasa Persia dan mempunyai ciri-ciri yang sama dengan orang bule, yaitu hidung mancung, kulit putih, dan mata lebar.

Mayoritas penduduk Tajik menganut agama Islam alias Muslim. Mereka kebanyakan menganut aliran Sunni Hanafi dan Syiah Ismaili.

Sebagai mayoritas penduduk Tajikistan, masyarakat Tajik mempunyai budaya yang tidak lepas dari campur tangan Uni Soviet. Tajikistan adalah negara bekas Uni Soviet.

Menurut situs The Ismaili, salah satu budaya Tajikistan yang dipengaruhi oleh Uni Soviet adalah pakaian tradisionalnya. Pakaian tradisional Tajik berwarna merah cerah seperti pakaian Soviet.

Pakaian adat ini masih digunakan sampai sekarang. Hal ini sejalan dengan dorongan pemerintah Tajikistan yang ingin masyarakatnya lebih mengutamakan budaya.

Namun, jauh sebelum pakaian berwarna cerah tersebut, masyarakat adat di Tajikistan, kaum Ismaili di Gorno-Badakhshan, sebenarnya sudah memiliki pakaian adatnya sendiri.

Pakaian adatnya adalah Pamiri, yaitu gaun berwarna putih dengan pinggang sempit. Setelah jatuhnya Uni Soviet, orang-orang mulai mengenakan pakaian tradisional Pamiri lagi.

Selain pakaian, orang Tajik juga memiliki makanan khas Tajik. Umumnya makanan Tajik meliputi nasi, roti, daging sebagai makanan pokok, menggunakan bumbu ringan di setiap masakannya.

Selain itu, masyarakat Tajik juga dikenal gemar meminum teh hijau, seperti dikutip dari Britannica.

Berbicara mengenai kebudayaan tentu tidak dapat dipisahkan dari sastra. Para penulis Tajikistan telah memberikan kontribusi penting terhadap sastra sejak abad ke-10 Masehi.

Sastra Tajik berasal dari tradisi sastra Persia. Orang Tajik menganggap Syah-nameh sebagai epik nasional dan menghargai karya Rumi.

Orang Tajik juga terkenal dengan pembuatan karpet. Bagi masyarakat Timur Tengah, karpet, runner, gorden, dan berbagai jenis produk kain pada dasarnya telah menggantikan furnitur.

Di Tajikistan, karpet dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan kegunaannya, yaitu karpet dinding, karpet lantai dan karpet, serta permadani, seperti dikutip dari Kedutaan Besar Tajikistan di Malaysia.

(blq/dna)