Berita Antara Lapangan Kerja dan Kelangkaan Air

by


Yogyakarta, Pahami.id

Sejumlah warga di sekitar Pantai Krakal di Ngestirejo, Tanjungsari, gunung selatanYogyakarta menghadapi dilema untuk mengakhiri Rafi Ahmad menarik diri dari proyek tersebut klub pantai.

Sebagian warga berharap pembangunan proyek tersebut terus berlanjut hingga bisa beroperasi untuk membuka lapangan kerja. Di sisi lain, terdapat kekhawatiran akan berkurangnya ketersediaan air.

Supatmi (46), warga sekitar mengaku lebih menginginkan proyek tersebut klub pantai berlanjut hingga operasional.


Saat ini, Supatmi membuka usaha toko di sebelah selatan lokasi calon klub pantai. Dia yakin klub pantai berpotensi mendatangkan banyak wisatawan.

<!–

ADVERTISEMENT

/4905536/CNN_desktop/cnn_nasional/static_detail

–>

Selain dunia usaha bisa semakin berkembang, warga sekitar juga bisa mendapatkan lapangan kerja.

“Misalnya kalau ada proyek bisa menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar sini, sehingga masyarakat yang bekerja tidak perlu keluar kota,” kata Supatmi saat ditemui di toko kelontongnya, Jumat (14/6).

Supatmi menyayangkan jika generasi muda di daerahnya menganggur akibat minimnya rezeki di kampung halaman.

“Jika itu terus berlanjut, saya akan sangat senang,” lanjutnya.

Sejauh ini penolakan terhadap pembangunan beach club tersebut datang dari kelompok yang khawatir akan dampak negatifnya terhadap ketersediaan air. Namun, kata Supatmi, selama ini wilayahnya kerap mengalami kekeringan.

Dengan kata lain, jika proyek tersebut klub pantai Jika hal ini dihentikan, kekeringan pasti akan terjadi. Terserah pemerintah daerah untuk mencari solusinya.

Selama ini Supatmi bergantung pada sumur bor untuk mengatasi permasalahan kekurangan air. Di lahannya, diperlukan pengeboran hingga kedalaman 16 meter hingga ditemukan mata air bawah tanah dan dipompa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Tapi ya itu (solusi pengeboran) hanya pendapat saya. Di sini di daerah kekeringan juga, mungkin Pemprov, bagaimana bisa ada solusinya juga menurut saya. Tapi itu tergantung Pemprov sendiri juga, ” dia menambahkan.

Begitu pula dengan warga sekitar yang enggan disebutkan namanya juga menyetujui proyek tersebut klub pantai akan memberikan penghidupan bagi masyarakat setempat.

“Saya lebih setuju kalau diteruskan, karena sebagian besar anak-anak baru tamat SMA bolak-balik ke (kota) Jogja dan gajinya tidak seberapa,” ujarnya.

Sementara itu, sejumlah warga mengaku tidak tahu menahu soal proyek tersebut. Ada pula yang khawatir akan sulitnya mendapatkan air. Baik itu karena faktor iklim maupun efek dari pembangunan beach club ini. Salah satunya adalah Tukijo (50).

Tukijo, seorang petani yang tinggal tidak jauh di sebelah selatan lokasi klub pantai mengaku selama ini pihaknya mampu memenuhi kebutuhan air dengan mengandalkan air bawah tanah hasil pengeboran.

“Tadinya 25 meter gagal, karena terhalang. Lalu dipindahkan, baru sempat lagi, jadi harus bor,” ujarnya.

Budidaya umbi-umbian dan kacang-kacangan juga bisa bertahan hingga saat ini karena bergantung pada sawah tadah hujan. Panen tidak selalu datang, apalagi pada musim tanam kedua, karena musim kemarau akan segera tiba.

“Saya tidak tahu soal proyeknya, tapi kalau (proyek) berdampak pada air, saya pasti khawatir,” ujarnya.

Klub pantai Apa yang akan dibangun di Gunungkidul merupakan rencana kerja sama Raffi Ahmad dengan beberapa pihak, salah satunya investor asal Yogyakarta, Arbi Leo.

Peletakan batu pertama dilakukan untuk pembangunan proyek yang disebut “Resort and Beach Club Bekizart”.

Di bawah binaan PT Agung Rans Bersahaja Indonesia (ARBI), beach club ini akan menjadi yang terbesar di Indonesia. Lokasi beach club rencananya berada di Pantai Krakal, Kapanewon Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Luas lahan untuk beach club ini mencapai 10 hektar.

Lalu ada juga fasilitas lain yang disediakan di Bekizart Resort and Beach Club, seperti villa Bekizart, spa dan yoga, area ikonik, ballroom, hotel, pusat bisnis, area petak dan restoran.

Belakangan, Raffi Ahmad mundur dari proyek tersebut atau setelah muncul petisi perubahan.org mengandung resistensi terhadap pembangunan klub pantai yang. Raffi Ahmad menyampaikannya melalui akun Instagram pribadinya @rafinagita1717.

Perkembangan klub pantai mendapat penolakan, salah satunya dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang menyebut proyek tersebut berlokasi di sebelah timur Kawasan Bentang Alam Karst Gunungsewu (KBAK).

Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2012 juga menyebutkan bahwa Kawasan Bentang Alam Karst merupakan kawasan lindung geologi yang merupakan bagian dari kawasan lindung nasional. Pemanfaatannya tidak boleh berpotensi merusak kawasan lanskap karst.

WALHI menilai pengembangan wisata Raffi berpotensi merusak kawasan batu kars dan daya tampung airnya. Selain itu, WALHI menyatakan kawasan KBAK merupakan zona rawan banjir dan penurunan permukaan tanah yang tinggi.

(kum/bmw)


!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);