Berita Alasan Negara-negara Arab Ogah Bentuk Pasukan Internasional di Gaza

by


Jakarta, Pahami.id

Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengungkapkan alasan negara-negara Arab menolak membentuk pasukan penjaga perdamaian internasional Semenanjung Gaza Palestina.

Pembentukan pasukan penjaga perdamaian internasional sebenarnya bisa sejalan dengan amanat Resolusi 377A yang disampaikan Mesir kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).


Usulan ini kemudian ditindaklanjuti oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dengan mengadakan pertemuan darurat Majelis Umum khusus membahas agresi Israel di Palestina dan menghasilkan resolusi yang mendesak dilakukannya gencatan senjata.

Salah satu yang bisa dilakukan PBB adalah meminta kesediaan negara-negara, terutama negara-negara besar, untuk berkontribusi membentuk satuan tugas militer internasional, meski tidak mengikat.

Namun negara-negara Arab tidak setuju dengan pembentukan pasukan internasional di Gaza. Al Thani menyatakan, langkah yang harus dilakukan adalah upaya diplomasi berupa perundingan perdamaian antara Israel dan Hamas.

[Gambas:Video CNN]

“Tidak ada seorang pun dari daerah ini [Teluk] akan menerima untuk mengerahkan pasukan [mengikuti] tank Israel. Ini tidak bisa diterima,” kata Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani bahasa Arab baruRabu (13/12).

Al Thani juga melawan tim internasional di Gaza dalam situasi saat ini.

“Kita tidak bisa selalu membicarakan rakyat Palestina seolah-olah mereka butuh penjagaan,” lanjutnya.

Wilayah Palestina yang terbagi oleh dua faksi yang bertikai juga dinilai negara-negara Arab akan mempersulit penempatan pasukan internasional di Palestina.

Rakyat Palestina diwakili oleh Otoritas Palestina, yang hanya menguasai sebagian wilayah Tepi Barat. Sementara Jalur Gaza dikuasai kelompok oposisi Hamas.

Otoritas Palestina dan Hamas kerap bersaing dan bentrok, terutama terkait kemerdekaan Palestina.

Namun, Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyed mengatakan Hamas tidak boleh dilenyapkan.

Dia menekankan bahwa Hamas “adalah bagian dari mosaik politik Palestina.”

Sementara itu, Al Thani mengatakan kebrutalan Israel “mengurangi kemungkinan” gencatan senjata.

“Ada tanggung jawab bersama bagi kita semua untuk menghentikan pembunuhan ini, untuk kembali ke meja perundingan untuk menemukan solusi jangka panjang,” katanya.

Israel melancarkan invasi ke Palestina dan menyatakan perang terhadap Hamas pada 7 Oktober. Pada hari-hari berikutnya, mereka menyerang warga dan fasilitas umum seperti rumah sakit dan kamp pengungsi.

(tim/bac)


!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);