Jakarta, Pahami.id —
Anggota Aktivis 98 Melawan Usman Hamid menduga pengunduran dirinya Airlangga Hartarto dari kursi Golkar karena ada intervensi setelah dianggap tidak sejalan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya, meski Airlangga sudah menunjukkan dukungan politik pada Pilpres 2024, namun tampaknya sikap Airlangga juga sedang diuji dengan prospek sikapnya terkait Pilkada Serentak.
“Ketika ada kecenderungan tidak sejalan dengan pemerintahan Jokowi, sepertinya ada intervensi lain,” kata Usman dalam acara ‘Kudeta Demokrat Jokowi: Kasus Golkar’ di sebuah kafe di Jakarta Pusat, Selasa (13/8). ).
Usman menyebut, kasus campur tangan Golkar merupakan salah satu kasus perebutan kekuasaan yang menimpa partai di bawah kepemimpinan Jokowi.
Dia mencontohkan, pada pertengahan tahun 2014-2016, media asuhan Hary Tanoesoedibjo mengkritik keras pemerintahan Jokowi. Namun, saat Hary Tanoe dihadapkan pada permasalahan hukum, Hary Tanoe malah berbalik mendukung Jokowi.
Ia juga menyebutkan, PDIP belakangan ini diganggu dan dijadikan sasaran instrumen hukum yang dijadikan senjata politik.
“Termasuk yang paling vokal seperti Hasto Kristianto, mereka juga menjadi sasaran bagaimana hukum dijadikan senjata politik,” ujarnya.
Usman kemudian mengkritisi penegakan hukum yang tidak boleh dijadikan senjata politik untuk menyasar lawan politik. Apabila penegakan hukum dijadikan sebagai instrumen politik, maka lembaga penegak hukum akan kehilangan independensinya.
“Penegakkan hukum kehilangan fondasinya. Yang akan terjadi adalah kediktatoran,” katanya.
Di tempat yang sama, 98 aktivis Melawan menyuarakan pernyataan yang salah satunya menyatakan mundurnya Airlangga Hartarto dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar menandai masa kelam demokrasi di Indonesia.
“Secara kualitatif, demokrasi Indonesia terus mengalami kemunduran dan memasuki masa kegelapan demokrasi. Sirkulasi elite partai yang tidak normal merupakan pertanda buruknya demokrasi,” kata Usman Hamid saat membacakan keterangannya.
98 Aktivis Melawan pun menduga ada aktor utama di balik mundurnya Airlangga dari kursi Golkar. Pelaku utama tersebut, lanjutnya, melakukan kudeta demokratis atau mengambil alih kekuasaan secara sewenang-wenang. Bagi mereka, para aktor tersebut mengabaikan prosedur normal pergantian kepemimpinan di partai.
“Pelaku utama dalam proses ‘kudeta demokratis’ ini diduga kuat adalah Joko Widodo,” kata mereka.
98 Aktivis Melawan kemudian mendorong seluruh kader partai politik untuk benar-benar menjunjung demokrasi dengan menolak segala proses politik yang melanggar proses demokrasi.
Kasus pengunduran diri Airlangga Hartarto (AH) secara tiba-tiba dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar pada 10 Agustus 2024 dan tidak adanya argumentasi yang kuat merupakan fakta politik yang menunjukkan tidak normalnya peredaran elite partai tersebut. dia membaca. 98 Pernyataan sikap Aktivis Perlawanan.
Sebelumnya, Istana sudah merespons pengunduran diri Airlangga. Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana membantah tudingan Presiden Jokowi ikut campur dalam pengunduran diri Airlangga.
Menurut dia, pengunduran diri merupakan pilihan pribadi Airlangga. Lagipula, persoalan ini berada di lingkaran dalam partai.
Jadi sama sekali tidak ada hubungannya dengan Presiden, kata Ari melalui keterangan tertulis, Senin (12/8).
Airlangga menyatakan akan melepaskan jabatannya sebagai pimpinan Golkar pada Sabtu (10/8) malam tadi. Golkar akan menggelar rapat paripurna pada Selasa (13/8) malam ini untuk menentukan Plt Ketum Golkar guna mengisi kekosongan pimpinan tertinggi partai.
(rzr/pta)