Jakarta, Pahami.id —
Afrika terus mencatat peningkatan kasus baru cacar monyet atau cacar monyet (campak) menjadi hampir 3.000 kasus baru dalam seminggu terakhir.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika) melaporkan jumlah kasus mpox di benua tersebut meningkat sebesar 177 persen dengan angka kematian juga meningkat sebesar 38,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dalam sepekan terakhir, CDC Afrika mencatat 2.912 kasus baru cacar monyet, termasuk ditemukannya kasus cacar monyet pertama di Maroko.
“Hari ini kami dapat mengatakan bahwa mpox masih belum terkendali di Afrika. Kami masih melihat peningkatan kasus yang mengkhawatirkan kita semua,” kata Direktur Jenderal CDC Afrika Jean Kaseya dalam pengarahan mingguan mengenai wabah tersebut seperti dikutip. oleh Reuters pada Kamis (19/9).
Kaseya menyatakan, alih-alih menurun, ia menyatakan epidemi cacar monyet justru meningkat di beberapa negara Afrika. Sejauh ini, 15 dari 55 negara anggota Uni Afrika telah melaporkan wabah mpox.
“Kami masih melihat orang meninggal akibat campak di Afrika. Dalam seminggu, kami kehilangan 14 orang,” tambah Kaseya.
Ia menambahkan, di beberapa negara, seperti Kamerun dan Republik Demokratik Kongo, terdapat dua jenis penyakit yang beredar.
Kaseya menyatakan, sistem pemantauan dan pengujian yang masih minim membuat pihaknya tidak bisa benar-benar memantau penyebaran wabah cacar monyet di seluruh negara Afrika.
Sementara itu, beberapa negara seperti Rwanda, kata Kaseya, telah memulai kampanye vaksinasi cacar monyet. Republik Demokratik Kongo, pusat wabah mpox, juga akan memulai vaksinasi pada awal Oktober.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan masyarakat dan menjadi perhatian internasional setelah varian baru teridentifikasi dalam beberapa bulan terakhir.
Setelah dilanda pandemi Covid-19, negara-negara di Afrika kembali harus berjuang merespons epidemi besar lainnya yang datang, termasuk cacar monyet.
(rds)
