Berita 750 Ribu Warga Ikut Misa-Bujet Rp185 M

by

Daftar isi



Jakarta, Pahami.id

Pemimpin Gereja Katolik Dunia dan Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskusakan memimpin Misa Kudus di Tasitolu, Timor Timurpada Selasa (10/9).

Misa Kudus ini merupakan bagian dari rangkaian perjalanan kerasulan di Asia-Pasifik selama 12 hari.


Berdasarkan postingan di media sosial, ribuan orang mulai memadati Tasitolu untuk mempersiapkan Misa Kudus. Masyarakat Timor Leste terlihat berdiri bersama menggunakan payung kuning putih menunggu kedatangan Bapa Suci.

Berikut rangkuman kunjungan Paus ke Timor Leste jelang Misa Kudus.

Separuh penduduk menghadiri misa Paus

Sekitar 750 ribu orang dilaporkan akan menghadiri Misa Kudus bersama Paus Fransiskus di Tasitolu. Jumlah tersebut setara dengan lebih dari separuh penduduk Timor Leste yang berjumlah 1,3 juta jiwa.

Agama mayoritas di Timor Leste adalah Katolik. 97 persen penduduk Timor Leste beragama Katolik, jumlah tertinggi di luar Vatikan.

Perayaan Ekaristi pertama sejak kemerdekaan

Ini merupakan kunjungan Paus dan perayaan Ekaristi pertama bagi Timor Leste sejak negara tersebut memperoleh kemerdekaan pada tahun 2002.

Sebelumnya, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Timor Leste pada tahun 1989 ketika masih menjadi bagian dari Indonesia.

Saat itu, Paus kelahiran Polandia itu juga memimpin Misa Kudus di Tasitolu sembari mengangkat isu pelanggaran HAM di Timor Timur.

Misa Kudus saat itu berakhir ricuh setelah polisi Indonesia bentrok dengan sekitar 20 pemuda yang menyerukan kemerdekaan tepat di akhir Misa.

Habiskan Rp 185 miliar untuk makeup

Sejumlah aktivis di Timor Leste mengkritik alokasi anggaran kunjungan Paus Fransiskus ke ibu kota Dili.

Peneliti Lao Hamutuk atau Lembaga Pengawasan dan Analisis Pembangunan Timor-Leste, Mariano Fereira mengatakan, alokasi dana kunjungan Paus Fransiskus sangat besar karena berjumlah $12 juta atau setara Rp185 miliar.

Jumlah tersebut dinilai sangat kecil jika dibandingkan dengan alokasi untuk meningkatkan produksi pangan di Timor Leste.

“[Alokasi anggaran tahunan untuk meningkatkan produksi pangan di negara ini] sangat rendah. “Hanya sekitar $4,7 juta (setara Rp72 miliar),” kata Mariano, seperti dikutip Persatuan Berita Katolik Asia.

Dalam kunjungan Paus Fransiskus, Timor Leste mengalokasikan dana sebesar $12 juta atau setara Rp 185 miliar. Sebanyak $1 juta atau Rp15 miliar di antaranya untuk pembangunan altar Misa Kudus.

Menurut Menteri Administrasi Nasional Timor Leste Tomas Cabral, dana puluhan juta dolar yang dialokasikan bukan sekadar untuk menyambut Bapa Suci. Uang itu juga digunakan untuk pembangunan jalan, renovasi gereja, dan fasilitas umum.

“Jangan bandingkan negara kita dengan negara tetangga yang mempunyai sarana dan prasarana yang cukup untuk menjadi tuan rumah acara internasional atau tamu tingkat tinggi kenegaraan,” kata Cabral.

“Di sini kita harus membangunnya dari awal,” lanjutnya.

Timor Leste adalah salah satu negara termiskin di dunia dimana sekitar 42 persen penduduknya hidup dalam kemiskinan tanpa makanan yang cukup.

Inflasi yang tinggi akibat perubahan iklim berdampak pada tingkat produksi padi-padian sehingga menyebabkan sekitar 364 ribu orang mengalami kerawanan pangan parah pada Mei hingga September 2024.

Deportasi dan penangkapan

Polisi Timor Leste mendapat kecaman setelah penggusuran sebuah kios pedagang kaki lima dan penangkapan seorang jurnalis yang meliput penggusuran tersebut.

AFP melaporkan rekaman polisi yang secara brutal mengusir pedagang kaki lima beredar di media sosial dan salah satu pedagang bersaksi bahwa kiosnya digeledah oleh orang-orang yang memakai masker.

“Mereka brutal, memakai masker seperti ninja. Tiba-tiba mereka menyerang kios kami. Saya tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka datang bersama polisi,” kata penjual pakaian bekas Pensiuno Soares (40). AFP.

“Kemudian mereka meneriaki kami bahwa kami menghina pemerintah. Kami berjualan di sana untuk memenuhi kebutuhan pokok kami,” lanjutnya.

Saat itu, jurnalis lokal yang meliput deportasi, Antonieta Kartono Martins, juga ditahan polisi. Dia ditahan selama empat jam, sementara jurnalis lainnya, Suzana Cardoso, ponselnya disita dan semua video terkait deportasinya dihapus.

(rds)