Berita 4 Jurnalis Palestina Dinominasikan Terima Nobel Perdamaian 2024

by


Jakarta, Pahami.id

Fotografer PalestinaMotaz Azaiza, dinominasikan untuk penghargaan tersebut Hadiah Nobel Perdamaian 2024, atas kontribusinya dalam melaporkan kekejaman yang dialami rakyat Palestina di Gaza.

“Saya dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian 2024, atas kontribusi saya memberikan gambaran kepada dunia tentang kekejaman di Gaza,” tulis Azaiza dalam tweet di X.

Dalam cuitannya, ia juga menyuarakan perlunya perdamaian segera di Palestina.


Doakan saya sukses dan semoga adik-adik saya mendapat kedamaian sekarang, ujarnya.

Dilaporkan CNNMotaz Azaiza adalah seorang fotografer Palestina yang mempertaruhkan nyawanya selama 108 hari di Gaza, untuk menceritakan kepada dunia tentang invasi brutal Israel.

Dia dipuji oleh banyak orang di seluruh dunia sebagai “mata dan telinga” di Gaza, yang mampu menangkap gambaran kasar tentang kengerian invasi tersebut.

Beberapa kali dalam sehari, Azaiza menyaksikan sendiri bagaimana warga sipil menggali korban berlumuran darah dari reruntuhan bangunan, dengan tangan kosong.

Selain Motaz Azaiza, tiga warga Palestina lainnya juga masuk nominasi penerima penghargaan tersebut. Mereka termasuk Wael Al-Dahdouh, Hind Khoudary dan Bisan Owda.

Wael Al-Dahdouh adalah seorang jurnalis Palestina dan kepala biro media Qatar Al Jazeera di Kota Gaza. Dia dijuluki sebagai “wajah liputan Arab Al Jazeera” tentang invasi Israel ke Gaza.

Pada Desember 2023, dia terluka akibat serangan drone Israel. Dalam serangan itu, juru kamera Arab Al Jazeera, Samer Abudaqa, tewas.

Selama kekejaman Israel di Gaza, Dahdouh kehilangan istrinya Amnda, putranya Mahmoud, putrinya Sham, dan cucunya Adam akibat serangan di kamp pengungsi Nuseirat.

Pada awal Januari, putra sulungnya Hamzah, yang juga seorang jurnalis Al Jazeera, tewas akibat serangan rudal Israel di Khan Younis, selatan Gaza.

Peraih Nobel lainnya, Hind Khouadry adalah seorang jurnalis Palestina dari Gaza, yang juga dikenal luas atas karyanya yang mendokumentasikan kehidupan di bawah pengepungan dan perang di Gaza.

Selama invasi, Khoudary terus menyoroti kehidupan dan kesengsaraan warga Palestina di Gaza akibat genosida Israel.

Sedangkan Bisan Owda yang juga masuk nominasi Hadiah Nobel Perdamaian 2024 merupakan sineas Palestina berusia 24 tahun.

Berbekal kamera dan semangat, syuting kehidupan Owda di Gaza pun menarik perhatian internasional.

Bisan Owda, juga dikenal sebagai “Hakawatia (Pendongeng), dikenal karena narasi sejarahnya yang melukiskan gambaran suram dan pahit tentang kehidupan di bawah pemboman Israel di Gaza.

(Dna)