Berita 3 Negara ASEAN Terlibat ‘Bad Blood’ Gegara Konser Taylor Swift

by

Daftar isi


Jakarta, Pahami.id

Tur dunia penyanyi pop country Amerika Serikat Taylor Swift menjadi perhatian banyak negara, termasuk negara-negara di Asia Tenggara.

Taylor Swift yang dikenal sebagai salah satu artis yang memiliki penggemar terbesar di dunia dinilai mampu membawa banyak keuntungan ekonomi bagi negara-negara yang dikunjunginya untuk menggelar konser.


Di Asia Tenggara sendiri, Singapura menjadi satu-satunya negara yang dikunjungi pelantun Bad Blood itu dalam tur dunianya, The Eras Tour.

Beberapa negara menuduh Singapura “memonopoli” kesepakatan tersebut untuk meyakinkan Taylor Swift agar hanya mengadakan tur Asia Tenggara di negara tersebut.

1. Thailand

Thailand adalah negara pertama yang mengeluhkan taktik Singapura. Perdana Menteri Srettha Thavisin bahkan menyebut Singapura licik dan menuduh Singapura memiliki ‘kesepakatan eksklusif’ dengan Taylor Swift.

Srettha mengklaim, perjanjian tersebut sebenarnya diusulkan Singapura untuk menjadikan negara kota itu sebagai satu-satunya tempat persinggahan di Asia Tenggara.

“Pemerintah Singapura licik,” kata Srettha saat berbicara di iBisnis Forum 2024, Bangkok, Jumat (16/2), seperti dikutip Berita Langit.

Srettha mengaku mendapat bocoran informasi dari promotor AEG terkait kesepakatan Singapura dengan penyanyi kondang tersebut. Ia juga menuding pemerintah Singapura menawarkan US$2 juta-US$3 juta atau sekitar Rp 31 miliar – Rp 46 miliar untuk eksklusivitas.

2. Filipina

Selain Thailand, Filipina juga mengecam Singapura atas dugaan monopoli konser Taylor Swift. Tudingan ini dilontarkan anggota parlemen Filipina, Joey Salceda.

“Ini bukanlah tindakan yang dilakukan negara tetangga yang baik,” kata Joey Salceda, anggota parlemen Filipina, seperti dikutip dari Penanya.

Menurut Salceda, Singapura memberikan dana hibah sekitar US$3 juta kepada penyelenggara konser Taylor Swift untuk menggelar konser di Singapura.

“Masalahnya adalah mereka tidak mengadakannya di tempat lain di kawasan ini,” kata Salceda, yang mengetuai komite kebijakan keuangan dan pajak di Dewan Perwakilan Rakyat Filipina.

“Saya meyakinkan mereka bahwa kebijakan ini berhasil. Permintaan regional terhadap hotel dan maskapai penerbangan Singapura meningkat 30 persen selama periode tersebut. Saya memperkirakan ketentuan eksklusif tersebut menghasilkan peningkatan pendapatan industri sebesar U$USD60 juta. Jadi, hibah tersebut menghasilkan keuntungan ekonomi 30 kali lebih besar. aktivitas, kata Salceda.

Ia mencontohkan, kebijakan ‘monopoli’ Singapura dapat mengorbankan perekonomian dan pariwisata negara tetangga yang tidak mampu menarik penonton konser asing.

“Tetapi menurut saya hal seperti ini tidak boleh kita biarkan begitu saja. Kita harus tetap mendaftarkan oposisi kita secara resmi. Hal ini juga bertentangan dengan prinsip hubungan berdasarkan konsensus dan persatuan yang mendasari berdirinya ASEAN,” tambah Salceda.

Apa kata Singapura?

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pun buka suara terkait sentimen Thailand dan Filipina terkait konser Taylor Swift di sela-sela KTT ASEAN-Australia di Melbourne pada Selasa (5/3).

Lee mengaku negaranya memang memberikan insentif seperti subsidi kepada Taylor Swift dan promotornya hingga menjadikan Singapura satu-satunya pemberhentian turnya di Asia Tenggara.

“Agensi (kami) telah menegosiasikan kesepakatan dengan dia (Taylor Swift) untuk datang ke Singapura dan tampil serta menjadikan Singapura satu-satunya perhentian turnya di Asia Tenggara,” kata Lee seperti dikutip. Reuters.

Ia juga tidak menyangka aksi lobi tersebut akan membuahkan hasil mengingat lonjakan wisatawan ke Singapura.

“Ternyata skema ini sangat berhasil. Saya tidak melihatnya sebagai tindakan permusuhan,” kata Lee.

Kementerian Kebudayaan dan Singapore Tourism Board membenarkan bahwa pemerintah memang telah bekerja sama langsung dengan penyelenggara konser Taylor Swift.

Namun, Singapura menolak membeberkan besaran dana subsidi yang dikeluarkan untuk membiayai konser Taylor Swift di Negeri Singa tersebut.

(val/rds)

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);