Jakarta –
Sebuah toko es krim memiliki konsep yang unik dalam penyajian menunya. Ia mengandalkan bahan-bahan lokal sekaligus menjaga resep peninggalan neneknya.
Menjalankan sebuah bisnis tidak hanya bisa dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan yang besar. Sebagian pebisnis justru alih profesi memulai bisnis kulinernya untuk menyelamatkan keluarganya.
Memutar otak sekreatif mungkin juga terbukti membawa banyak orang pada kesuksannya yang baru. Seperti kisah seorang pemilik toko es krim yang dikutip dari BBC (25/5).
Tapiwa Guzha bangkit dari kesedihannya ditinggal oleh mendiang neneknya pada 2018. Guzha sengaja mendirikan toko es krim bernama Tapi Tapi yang terinspirasi dari resep es krim neneknya semasa kecil.
Baca juga: Muslim Tak Sengaja Makan Ayam Goreng Nonhalal, Ini Hukumnya dalam Islam
![]() |
Pria yang meraih gelar ahli biologi molekul ini awalnya berprofesi sebagai seorang profesor sekaligus pengajar di Cape Town, Afrika Selatan. Namun pada 2018 ia kembali ke kampung halamannya di Zimbabwe setelah neneknya tutup usia.
Sejak saat itulah hatinya tergerak untuk melestarikan resep es krim buatan neneknya melalui sebuah toko es krim yang dinamai Tapi Tapi. Uniknya toko es krim ini tidak hanya bertujuan untuk menjadi keuntungan semata.
Hidup di sebuah kota kecil membuat Guzha melihat pentingnya kerjasama antar masyarakat dalam membantu pergerakan perekonomian. Guzha membuat menu-menu es krim di Tapi Tapi dengan hanya mengandalkan bahan-bahan yang bisa didapatkan dari kebun-kebun warga di sekitarnya.
Setiap bulan varian rasa es krimnya selalu berganti menyesuaikan dengan bahan yang tersedia. Ia juga membeli bahan-bahan dasarnya dengan harga yang adil untuk para pemilik kebun.
Baca juga: 5 Fakta Sate Jamu, Makanan Esktrem Nonhalal Khas Solo yang Terkenal
![]() |
Ia juga berkolaborasi bernama Zandile Finxa, chef asal AFrika Selatan sekaligus ilmuwan untuk mengembangkan berbagai rasa yang berasal dari bahan lokal. Tak disangka diskusi mereka membawa ide-ide unik untuk membuat es krim bahkan dengan bahan sorgum.
“Aku memikirkan bahwa Tapi Tapi ini adalah budaya sosiologi, makanan adat, dan mendukung keberlanjutan, seolah semuanya tergabung dalam es krim ini,” ujar Guzha.
Bukti Guzha memanfaatkan hasil kebun lokal terlihat dari penggunaan kacang tanah, jahe, labu, hingga beberapa buah-buahan mirip jeruk asli Afrika Selatan. Adapun lokasi Tapi Tapi yang dimiliki oleh Guzha yaitu di Lower Main Road, Cape Town, Afrika Selatan.
Hasil riset Guzha tak sia-sia, ia sebelumnya hanya penasaran dengan hasil kebun yang tak dimanfaatkan secara maksimal dan mencoba membuatnya menjadi es krim selama 8 tahun. Kini di tangannya ia tak hanya berhasil menjaga resep neneknya dengan mengembangkan bisnis tetapi juga memajukan para petani lokal dari hasil kebun mereka sendiri.
(dfl/odi)