Jakarta, Pahami.id —
Organisasi Kesehatan Dunia (Organisasi Kesehatan Dunia/SIAPA) menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina, segera dilaksanakan demi kemanusiaan. WHO menyebut situasi kelaparan dan peningkatan penyakit menular di Jalur Gaza masuk dalam kategori sangat serius.
“Masyarakat Gaza yang sudah cukup menderita, kini menghadapi kematian akibat kelaparan dan penyakit yang sebenarnya bisa diobati dengan mudah melalui sistem kesehatan yang berfungsi. Hal ini harus dihentikan. Makanan dan bantuan lainnya harus mengalir dalam jumlah yang lebih besar,” kata WHO seperti dikutip katanya pada Selasa (26/12).
Dalam pernyataannya, WHO menekankan bahwa tragedi kemanusiaan tersebut berdampak buruk pada anak-anak, wanita hamil dan menyusui, serta orang lanjut usia.
“WHO menegaskan kembali seruannya untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan,” tambah mereka.
Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) pada Kamis (21/12), lanjut WHO, telah merilis rekaman data bahwa Gaza berada pada tingkat kerawanan pangan yang sangat parah dengan risiko kelaparan yang semakin meningkat setiap harinya.
“Sebanyak 93 persen masyarakat Gaza menghadapi krisis kelaparan, kekurangan makanan dan tingkat kekurangan gizi yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata mereka.
WHO mengatakan setidaknya 1 dari 4 rumah tangga menghadapi situasi yang termasuk bencana. Mereka menderita kekurangan pangan dan kelaparan ekstrem, dan terpaksa menjual harta benda mereka untuk membeli makanan sederhana.
“Kelaparan, kemiskinan, dan kematian adalah hal yang nyata,” lanjut WHO.
Staf WHO yang bertugas di Gaza Utara juga melaporkan bahwa semua orang yang mereka ajak bicara di Gaza mengatakan mereka kelaparan. Ke mana pun tim WHO pergi di Gaza Utara, termasuk rumah sakit dan ruang gawat darurat, penduduk setempat terus-menerus meminta makanan kepada mereka.
“Kami berkeliling Gaza untuk mengantarkan pasokan medis, dan orang-orang bergegas menuju truk kami dengan harapan itu akan menjadi makanan,” kata staf WHO tersebut.
WHO juga melaporkan bahwa Gaza mengalami peningkatan tingkat penyakit menular. Lebih dari 100.000 kasus diare telah dilaporkan sejak pertengahan Oktober 2023. Setengah dari kasus tersebut terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, peningkatan 25 kali lipat dari jumlah yang dilaporkan sebelum konflik.
Lalu terdapat lebih dari 150.000 kasus infeksi saluran pernapasan atas. Demikian pula, banyak kasus meningitis, ruam kulit, kudis, kutu dan cacar air telah dilaporkan. Hepatitis juga merupakan penyakit yang diduga dilaporkan karena banyak orang mengalami gejala penyakit kuning.
“Meskipun tubuh yang sehat lebih mudah melawan penyakit ini, namun tubuh yang kurus dan lemah akan lebih sulit melawannya. Kelaparan melemahkan pertahanan tubuh dan membuka pintu penyakit,” kata WHO.
WHO juga mengungkapkan bahwa kekurangan gizi meningkatkan risiko kematian anak-anak akibat penyakit seperti diare, pneumonia, dan campak, terutama ketika mereka tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang dapat menyelamatkan nyawa.
Bahkan jika anak tersebut bertahan hidup, hal ini dapat berdampak seumur hidup karena menghambat pertumbuhan dan mengganggu perkembangan kognitif.
WHO juga menyebutkan bahwa ibu menyusui berisiko tinggi mengalami malnutrisi. Sejak usia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan terbaik dan teraman yang bisa didapatkan bayi. Hal ini melindungi anak-anak dari kekurangan gizi dan tertular penyakit mematikan seperti diare, terutama ketika akses terhadap air minum yang aman sangat terbatas.
Meningkatnya masalah kesehatan mental di kalangan penduduk di Gaza, termasuk di kalangan perempuan, selanjutnya dapat mempengaruhi tingkat pemberian ASI.
“Kurangnya sanitasi dan kebersihan, serta runtuhnya sistem kesehatan, menambah dampak buruk penyakit ini,” lanjut WHO.
Lebih dari 1,9 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, dan lebih dari 1,4 juta di antaranya tinggal di tempat penampungan yang penuh sesak. Situasi ini kemudian memungkinkan terjadinya peningkatan penyakit menular secara terus menerus.
WHO menyebutkan, situasi saat ini di Gaza rata-rata hanya memiliki satu kamar mandi untuk setiap 4.500 orang dan satu toilet untuk setiap 220 orang. Air bersih masih langka dan jumlah masyarakat yang buang air besar di luar rumah terus meningkat. Situasi ini menyebabkan penyebaran penyakit menular tidak dapat dihindari.
“Sedihnya, akses terhadap layanan kesehatan di Gaza runtuh karena perang terus melemahkan sistem kesehatan. Dengan lemahnya sistem kesehatan, mereka yang menghadapi kombinasi kelaparan dan penyakit mematikan hanya mempunyai sedikit pilihan,” simpul WHO.
Israel telah melancarkan invasi ke Palestina sejak 7 Oktober. Mereka juga menyatakan perang terhadap Hamas.
Sepanjang operasi, Israel menyerang warga sipil dan objek sipil seperti kamp pengungsi dan rumah sakit. Hingga saat ini, jumlah korban tewas akibat serangan militer Zionis tercatat lebih dari 20.000 orang.
Pemerintahan Benjamin Netanyahu mengklaim tidak akan menghentikan perang sebelum menghancurkan Hamas meskipun ada tekanan internasional yang terus berlanjut.
(kr/tsa)
[Gambas:Video CNN]
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);