Jakarta, Pahami.id —
Pemerintah Ukraina memutuskan menghentikan jalur distribusi gas Rusia ke Eropa melalui wilayahnya, setelah menolak perpanjangan kerja sama transit gas yang berakhir pada Rabu (1/1) waktu setempat.
Menteri Energi Ukraina mengklaim tindakan tersebut diambil demi kepentingan negaranya, yang telah berperang dengan Moskow selama lebih dari dua tahun.
“Kami telah menghentikan transit gas Rusia. Ini peristiwa bersejarah,” ujarnya seperti diberitakan CNNRabu (1/1).
Akibat keputusan ini, Ukraina berpotensi kehilangan pendapatan sebesar US$800 juta akibat penangguhan pembayaran dari Rusia. Sementara perusahaan gas asal Rusia, Gazprom, berpotensi mengalami kerugian penjualan sebesar US$ 5 juta.
Di sisi lain, beberapa negara Eropa yang masih membeli gas buatan Rusia disebut-sebut akan mencari alternatif jalur distribusi selain melalui Ukraina.
Peluang tercapainya kesepakatan baru untuk mengirim gas Rusia melalui Ukraina sebelumnya dianggap kecil. Pasalnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan tidak ada waktu tersisa di tahun 2024 untuk menandatangani kesepakatan baru.
Para analis juga mengatakan hilangnya pasokan gas Rusia akan memaksa Eropa untuk mengimpor lebih banyak gas alam cair (LNG).
Sebelum Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada tahun 2022, Rusia adalah pemasok gas alam terbesar di Uni Eropa.
Menurut Dewan Eropa, sanksi terhadap Rusia akibat invasi ke Ukraina telah mengurangi porsi impor gas Rusia lebih dari 40 persen dibandingkan tahun 2021, menjadi sekitar 8 persen pada tahun 2023.
(MAB/akhir)