Jakarta, Pahami.id —
Sri Lanka resmi menggelar pemilihan umum pada Sabtu (21/9). Pemilu kali ini merupakan yang pertama pasca kisruh ekonomi dan politik negara pada 2022-2023.
Dilaporkan AFPpada pemilu kali ini, Presiden Ranil Wickremesinghe berjuang keras untuk mendapatkan mandat baru untuk melanjutkan langkahnya mengatasi krisis.
Sri Lanka telah dilanda berbagai krisis dan gejolak ekonomi selama beberapa tahun terakhir, serta kekurangan pangan, bahan bakar dan obat-obatan selama beberapa bulan terakhir.
Selama dua tahun terakhir, Wickremesinghe telah bekerja keras untuk memulihkan stabilitas di Sri Lanka, dimulai dengan resesi ekonomi pada tahun 2022 dan diakhiri dengan tindakan kekuatan rakyat dengan penyerbuan istana oleh massa.
“Saya telah membawa negara ini keluar dari kebangkrutan,” kata Wickremesinghe yang kini berusia 75 tahun, Sabtu (21/9) pagi.
“Saya sekarang akan memberikan Sri Lanka ekonomi yang maju, sistem sosial yang maju, dan sistem politik yang maju,” lanjutnya.
Wickremesinghe menerapkan sejumlah kebijakan yang tidak semuanya diterima masyarakat Sri Lanka, salah satunya adalah kenaikan pajak berdasarkan alokasi dana talangan IMF sebesar US$2,9 miliar.
“Harus ada perubahan di negara ini,” kata seorang warga, Mohamed Siraj Razik, 43 tahun. “Belanja negara berlebihan yang hanya menguntungkan politisi harus diakhiri,”
AFP menyebutkan Wickremesinghe diperkirakan akan kalah dari salah satu dari dua penantangnya. Salah satu penantangnya adalah Anura Kumara Dissanayaka.
Dissanayaka adalah pemimpin Kekuatan Rakyat Nasional (NPP) atau Jathika Jana Balawegaya (JJB), sebuah partai sayap kiri yang dikucilkan karena masa lalunya yang penuh kekerasan.
Partai ini memimpin dua pemberontakan yang gagal pada tahun 70an dan 80an yang menewaskan lebih dari 80.000 orang. Pada pemilu parlemen lalu, partai tersebut masih memperoleh suara meski kurang dari empat persen.
Namun krisis Sri Lanka yang terjadi beberapa tahun terakhir menjadi peluang bagi Dissanayaka yang kini berusia 55 tahun. Dia mendapat banyak dukungan untuk merevolusi budaya politik negaranya.
Sedangkan lawan Wickremesinghe lainnya adalah Sajith Premadasa yang kini berusia 57 tahun. Dia adalah putra mantan presiden yang dibunuh pada tahun 1993, selama perang saudara yang telah berlangsung selama beberapa dekade di negara tersebut.
Dalam kampanyenya, Premadasa berjanji akan memerangi korupsi yang dianggap mewabah di Sri Lanka. Senada dengan Dissanayaka, Premadasa berjanji akan melakukan renegosiasi syarat paket bantuan IMF.
“Ada sejumlah besar pemilih yang mencoba mengirimkan pesan kuat… bahwa mereka sangat kecewa dengan cara negara ini diperintah,” kata Murtaza Jafferjee dari lembaga pemikir Advocata kepada AFP.
Ada lebih dari 17 juta orang di Sri Lanka yang berhak memilih dalam pemilihan umum ini. Selain itu, lebih dari 63 ribu polisi dikerahkan untuk menjaga TPS dan tempat penghitungan suara.
TPS tutup pada pukul 16.00 waktu setempat atau sekitar pukul 17.30 WIB. Sedangkan penghitungan suara akan dimulai pada Sabtu malam.
(AFP/akhir)