Berita Sosiolog soal Marak PSK di IKN: Banyak Pendatang, Wacana Lokalisasi

by
Berita Sosiolog soal Marak PSK di IKN: Banyak Pendatang, Wacana Lokalisasi


Jakarta, Pahami.id

Fenomena kebangkitan bisnis Pelacuran di sekitar ibukota pulau (IKN) Di Kalimantan menjadi kata sandi beberapa kali yang lalu sampai perhatian Menteri Koordinator Komunitas Muhaimin Iskandar dan anggota DPR.

Ikn Basuki Hadimuljono Kepala Otoritas di Kompleks Parlemen, Jakarta, pada pertengahan minggu, telah meluruskannya bahwa praktik pelacuran berada di wilayah Sepaku di sekitar IKN. Dia mengatakan pihak berwenang, termasuk Paser Paser PP Satpol, telah mengambil tindakan.


Menanggapi fenomena bisnis LACUR, seorang sosiolog dari University of Mulawarman (UNMUL) Samarinda, Kalimantan Timur, Sri Murlianti, mengatakan ada beberapa faktor.

Dia mengingatkan praktik pelacuran bukanlah hal baru dalam masyarakat. Dan, terkait dengan wilayah IKN, dia mengatakan itu adalah hasil dari sosiologi pembangunan dan lonjakan populasi migran.

“Pelacuran bukanlah sesuatu yang baru. Sejak zaman kuno, praktik ini selalu ada di masyarakat, terutama di daerah dengan pertumbuhan yang cepat,” Sri memulai penjelasan, Rabu (10/7) yang dikutip dari Detik.

Menurut SRI di sekitar wilayah-yang secara asal dikenal sebagai perkebunan dan pelacuran penambangan. Namun, ia melanjutkan, karena penduduk lokasi itu muda dan kontrol sosial masih kuat, praktik seperti itu sedikit lebih terkontrol.

“Hari ini, banyak imigran datang tanpa keluarga, jauh dari teman -teman mereka. Keinginan seksual adalah naluri, sementara kontrol keluarga sosial dan longgar, yang membuat latihan ini penuh,” katanya.

Sri mengatakan mayoritas imigran adalah pekerja laki -laki tanpa mitra yang menuntut agar layanan pelacuran meningkat. Situasi ini dapat dikatakan kewalahan oleh pihak berwenang.

Dia mengatakan masalah pelacuran adalah masalah yang lebih kompleks. Sri melihat ini terkait dengan kualitas sumber daya manusia.

“Ini bukan hanya masalah hukum, tetapi juga budaya dan kontrol sosial. Pemerintah harus mengharapkan awal, tidak hanya untuk membangun fisik, tetapi juga untuk membangun kemanusiaan,” katanya.

Didakwa

Sri mengatakan praktik pelacuran di sekitar IKN bukan hanya penyimpangan moral atau sosial. Dia mencurigai praktik pelacuran terorganisir di daerah sekitarnya.

“Ini bukan hanya ‘wanita nakal’. Di belakangnya adalah struktur bisnis, ada perekrutan, pelatihan, dan pengadaan seperti perusahaan jasa,” katanya.

Dia memberikan contoh beberapa lokasi di Kalimantan Timur seperti Sekambing, KM 24 Poros Samarinda-Bottang, dan KM 13 di Samarinda Balikpapan, yang katanya menunjukkan pola pergerakan CSW seperti sistem kerja kontrak.

“Sumber rata -rata penduduk non -lokal Kalimantan Timur, mereka berasal dari berbagai wilayah dan pindah sesuai permintaan,” katanya.

Lokalisasi

Sri juga berbicara kemungkinan mengendalikan pelacuran melalui lokalisasi khusus di sekitar IKN. Meskipun ia tidak setuju dengan lokalisasi, Sri mengatakan dalam teori itu dapat dilakukan untuk meminimalkan penyebaran prostitusi liar.

“Memang, dilema, jika dibiarkan liar, berbahaya, jika terlokalisasi, setidaknya dapat dibatasi dan dipantau, tetapi tentu saja dalam kondisi yang ketat, itu tidak dapat diakses terutama oleh anak -anak,” katanya.

Dia menekankan bahwa sementara dia tidak setuju dengan lokalisasi, tetapi dibandingkan dengan menjadi liar, pilihannya bisa menjadi solusi paling realistis dari pilihan buruk.

“Karena kita harus realistis, praktik ini tidak akan sepenuhnya hilang. Setidaknya dikendalikan,” kata Sri.

Baca berita lengkapnya Di Sini.

(Kid/Ugo)