Jakarta, Pahami.id –
Ketua DPC Serikat Petani Indonesia (SPI) Daerah SukabumiJabar, Rozak Daud mengatakan, luas hutan di wilayahnya saat ini hanya sekitar 12,72 persen.
Menurut dia, kawasan hutan terus tergerus akibat alih fungsi lahan, terutama untuk kawasan wisata dan perkebunan non-kayu.
“Kawasan hutan lindung yang seharusnya menjadi penyangga pelepasan air kini sudah tidak mampu lagi menjalankan fungsi ekologisnya,” ujarnya, Rabu (10/12) seperti dikutip dari Sebentar.
Banjir besar di Selabintana beberapa waktu lalu menjadi bukti nyata dampak para pekerja yang melakukan alih fungsi lahan hutan.
Dalam kejadian tersebut, Jalan Raya Selabintana, Sukabumi, berubah menjadi sungai deras yang terseret mobil dan sepeda motor pedagang.
Menurut Rozak, keadaan tersebut tidak lepas dari praktik sewa lahan yang dinilainya bermasalah dan memicu pembukaan lahan secara besar-besaran.
Ia menduga ada potensi malpraktek pengelolaan aset negara karena tanah hak guna usaha (HGU) yang sudah habis masa berlakunya masih disewakan dan dijadikan kafe atau tempat wisata.
“Jika daerah hulu sudah tidak mampu lagi menampung air, maka banjir besar di Kota Sukabumi hanya tinggal menunggu waktu saja,” ujarnya.
Warga pun mengaku merasakan dampaknya ketika terjadi banjir yang menurut mereka disebabkan oleh rusaknya hutan. Ratono (58), warga Desa Cisarua Girang mengatakan, banjir bandang setinggi hampir setengah meter menyeret sepeda motor dan kios tenggelam.
Banjir kemarin cukup besar dan dua kali normal. Selain saluran air kecil, bangunan juga semakin besar. Di kaki Gunung Gede, lahan pertanian diubah menjadi beberapa kafe, kata Ratono.
Jumat (12/5) lalu, hujan deras yang mengguyur Sukabumi kembali membuat Jalan Selabintana, Kecamatan Sukabumi, bagai sungai.
Sementara berdasarkan data citra satelit dan laporan warga, menyusutnya kawasan hijau bukan lagi sekedar kekhawatiran melainkan ancaman nyata bagi keselamatan Sukabumi.
“Ini bukan sekedar masalah ekonomi dan bisnis. Ini menyangkut keselamatan warga Sukabumi secara keseluruhan,” kata Rozak.
Citra satelit
Peluncuran dari Detik, Menipisnya kawasan hijau di Sukabumi semakin menunjukkan dampaknya.
Perbandingan beberapa citra satelit menunjukkan penurunan tutupan vegetasi yang signifikan, terutama di kaki Gunung Gede Pangrango dan perkotaan.
Tren ini memperparah risiko banjir dan tanah longsor yang belakangan melanda Selabintana.
Pada citra satelit yang dibandingkan, wilayah Sukabumi pada awalnya didominasi warna hijau tua yang menandakan tutupan vegetasi rapat dan tersebar merata dari wilayah perkotaan hingga perdesaan.
Namun kini, vegetasi tersebut tampak terfragmentasi, menipis, dan digantikan oleh area berwarna coklat yang menandakan adanya pembukaan lahan dan perluasan pemukiman.
Zona transisi di kaki Gunung Pangrango yang menjadi penyangga ekologi Sukabumi mengalami penurunan kepadatan seiring dengan meningkatnya konversi lahan.
Baca berita selengkapnya Di Sini.
(anak-anak)

