Jakarta, Pahami.id —
Duta besar Korea Selatan untuk ASEAN, Lee Jang Keun ingin blok Asia Tenggara membantu mereka dalam mencegah ancaman nuklir Korea Utara yang dapat mempengaruhi Semenanjung Korea.
Keinginan itu diungkapkan Lee saat menjadi pembicara pada lokakarya yang digelar Masyarakat Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) di Westin Jakarta, Selasa (10/9).
“Dan yang terpenting dari ASEAN adalah peran ASEAN dalam situasi di Semenanjung Korea, dalam menangani isu nuklir Korea Utara,” kata Lee kepada beberapa awak media.
Lee kemudian menyinggung sikap ASEAN mengenai masalah ini. Dia mencontohkan ketika Asosiasi Asia Tenggara mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam uji coba rudal balistik Korea Utara pada tahun 2023.
ASEAN juga meminta Korea Utara menghentikan uji coba rudal yang berpotensi mengganggu perdamaian kawasan.
“Dan hal itu juga yang kami harap ASEAN terus lakukan dan memberikan kita peran positif dalam masalah keamanan regional yang sangat penting ini,” tambah Lee.
Korea Utara sering meluncurkan uji coba rudal serta rudal balistik antarbenua (ICBM).
Juni lalu, pemerintahan Kim Jong Un mengklaim telah berhasil meluncurkan beberapa rudal hulu ledak menggunakan teknologi Multiple Independent Targetable Reentry (MIRV), katanya seperti dikutip. Al Jazeera.
MIRV adalah teknologi kendaraan rudal yang dapat secara mandiri menargetkan beberapa peluru kendali. Konsepnya mirip dengan rudal balistik antarbenua yang membawa hulu ledak termonuklir.
Data Uji Rudal Korea Utara milik James Martin Center for Nonproliferation Studies (SSP
) melaporkan bahwa Korea Utara melakukan 33 uji coba rudal pada tahun 2023. Uji coba tersebut mencakup berbagai rudal termasuk ICBM.
Tahun ini, Korea Utara telah melancarkan uji coba rudal lebih dari lima kali.
Uji coba rudal yang dilakukan Korea Utara membuat negara tetangganya, terutama Korea Selatan, resah.
Korea Selatan telah berulang kali mengutuk uji coba rudal tersebut sebagai ancaman serius. Mereka juga menyebut tindakan Korea Utara melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Korea Utara dan Selatan saling bermusuhan sejak berakhirnya Perang Korea pada tahun 1953. Meski terjadi gencatan senjata di antara mereka, namun secara teknis kedua negara masih berperang.
Menyikapi situasi panas di Semenanjung Korea, Korea Selatan pun tak tinggal diam.
Dalam kesempatan tersebut, Lee menyampaikan bahwa Korea Selatan mengusulkan dialog untuk menciptakan kawasan yang damai, bebas, dan aman.
“Satu-satunya cara untuk menyelesaikan situasi ini adalah melalui dialog. Dan kami menyarankan kepada Korea Utara untuk membentuk kelompok kerja antar-Korea untuk membahas unifikasi dan hubungan antar-Korea,” ujarnya.
(isa/bac)