Jakarta, Pahami.id –
Koalisi publik meminta posisi dua menteri pertahanan (Menteri Pertahanan) Dan Menko Polkam untuk segera berakhir. Koalisi menilai bahwa ada potensi penyalahgunaan pihak berwenang jika posisi ganda berlanjut.
“Kami mempertimbangkan posisi ganda antara Menteri Pertahanan dan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan yang akan diadakan terlalu lama dan harus segera berakhir,” yang disebutkan dari pernyataan tertulis Koalisi Publik pada hari Kamis (11/9).
Koalisi mengatakan kedua kementerian memiliki fungsi dan tugas yang berbeda. Koordinator Kementerian Politik dan Keamanan dikoordinasikan, sementara Kementerian Pertahanan beroperasi.
Menurut Koalisi, ini memungkinkan posisi yang terlalu lama untuk mengarah pada kompleksitasnya sendiri dalam pemerintahan politik, keamanan dan pertahanan negara itu.
“Kami menganggapnya tidak tepat jika manajemen kedua Kementerian dalam satu menteri terlalu lama. Ini akan mengarah pada potensi penyalahgunaan kekuasaan, karena akumulasi kekuasaan kepada seorang menteri,” kata koalisi itu.
Menurut Koalisi, di negara yang demokratis, penting untuk menghindari akumulasi kekuasaan di satu sisi. Negara -negara demokratis menuntut pentingnya membedakan fungsi dan tugas Kementerian untuk efektivitas pekerjaan pemerintah.
Kombinasi menyatakan bahwa diferensiasi fungsional dalam pemerintahan penting untuk menghindari kekuatan absolut satu orang atau satu lembaga.
“Jika akumulasi daya terjadi, potensi penyalahgunaan kekuasaan akan tinggi,” kata koalisi.
Koalisi mengacu pada periode Orde Baru selama Penggabungan Menteri Pertahanan/Komandan yang menjadikan Menteri Keamanan Pertahanan, serta komandan di Abri, mengambil alih sektor pertahanan dan keamanan.
Menurut Koalisi, satu otoritas tunggal akhirnya memengaruhi penciptaan kebijakan keamanan yang berlebihan dan menindas dan cenderung membatasi kebebasan.
“Penangkapan kedua -dua posisi di satu sisi cenderung membuka pintu bagi negara, bahwa negara itu akan melihat semua masalah sosial -politik akan menjadi masalah keamanan nasional, yang perlu didekati dengan pendekatan keamanan,” kata koalisi itu.
Penyebaran, kata Koalisi, akan mewakili pendekatan dialog, tidak mendengarkan aspirasi publik sepenuhnya (hanya formalitas), dan dalam menyelesaikan masalah cenderung memprioritaskan pendekatan militer.
“Dalam konteks ini, jelas keberadaan keberadaan militer di ruang dan daerah sipil, untuk mengatasi situasi sosial-politik,” kata koalisi itu.
Koalisi publik terdiri dari inisiatif imparsial, Centra, inisiatif Raksha, HRWG, wanita Indonesia (KPI), Dejure, PBHI, Institute, LBH APIK dan Walhi yang setara.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menunjuk Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin sebagai Menteri Koordinator untuk Interim Periklanan Polkam. Sjafrie menggantikan posisi Gunawan.
(Yoa/isn)