Berita Putin Akan Bantu RI Gabung BRICS, Percepat Proses

by


Jakarta, Pahami.id

Menteri Luar Negeri Sugiono mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin bersedia membantu Indonesia menjadi anggota tetap organisasi tersebut BRIK.

BRICS merupakan kelompok kerja sama negara-negara yang saat ini beranggotakan sembilan negara yaitu Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Iran, Mesir, Ethiopia dan Uni Emirat Arab (UEA).

Sugiono, dalam rapat kerja dengan anggota Komisi I DPR, mengaku mendengar langsung tawaran bantuan tersebut saat berbincang dengan Putin dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.


“Saya sempat berbincang dengan Presiden Putin saat itu dan Menteri Luar Negeri [Sergey] Lavrov bahwa mereka akan membantu resepsi (penerimaan/penerimaan) Indonesia ke BRICS dan dapat mempercepat prosesnya,” kata Sugiono menjawab pertanyaan mengenai keikutsertaan Indonesia dalam BRICS,
Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (2/12).

Sugiono merupakan utusan khusus mewakili Presiden RI Prabowo Subianto untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) BRICS di Kazan, Rusia, Oktober lalu.

Dalam pertemuan puncak tersebut, ia menyampaikan ketertarikan Indonesia untuk bergabung dengan organisasi Rusia-China tersebut.

Tahapan memasuki BRICS

Untuk menjadi anggota tetap BRICS harus melalui berbagai tahapan. Pertama, negara-negara yang ingin berpartisipasi menyatakan minatnya melalui surat ketertarikan. Kemudian calon anggota akan diidentifikasi sebagai negara-negara yang berkepentingan atau negara-negara yang berkepentingan.

Setelah itu, calon anggota masuk ke tahap selanjutnya yaitu perspektif negaraKemudian negara tuan rumah. Setelah selesai, calon anggota dapat menjadi anggota penuh setelah mendapat persetujuan dari seluruh anggota tetap BRICS. Saat ini, kata Sugiono, Indonesia masih dalam tahap negara-negara yang berkepentingan.

Menanggapi keikutsertaan Indonesia dalam BRICS, beberapa pihak mempertanyakan posisi dan komitmen negara terhadap kebijakan luar negeri yang independen dan aktif.

BRICS disebut-sebut merupakan saingan G7, sebuah forum ekonomi yang didominasi oleh negara-negara Barat.

Beberapa anggota BRICS seperti Rusia dan Tiongkok memusuhi Amerika Serikat dan sekutunya. Beberapa pihak menilai rivalitas tersebut dapat mempersulit posisi Indonesia di kancah global.

Meski demikian, Sugiono dan jajaran Kementerian Luar Negeri berulang kali menyatakan bahwa bergabung dengan BRICS merupakan perwujudan politik luar negeri yang mandiri, aktif, dan mandiri.

“Masuknya Indonesia ke dalam BRICS tidak bisa diartikan sebagai keberpihakan Indonesia pada suatu kekuatan atau keberpihakan tertentu, melainkan sebagai pembangun jembatan. [penengah]”ujarnya saat rapat dengan anggota DPR.

(orang/anak)