Jakarta, Pahami.id —
Malaysia selaku Ketua ASEAN 2025 menyambut baik perjanjian gencatan senjata antara Kamboja dan Thailand yang mulai berlaku pada Sabtu (27/12) pukul 12.00 waktu setempat.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan keputusan kedua negara untuk menghentikan pertempuran dan mempertahankan pasukan di posisi masing-masing mencerminkan pengakuan bersama akan pentingnya menahan diri, terutama untuk melindungi warga sipil.
Menurut Anwar, perjanjian tersebut mencakup langkah-langkah praktis dan positif, termasuk konfirmasi oleh Tim Pengamat ASEAN serta komunikasi langsung antar otoritas pertahanan.
“Langkah-langkah ini memberikan landasan bagi stabilitas, dan saya berharap kedua belah pihak akan menerapkannya dengan setia,” kata Anwar dalam keterangannya yang dikeluarkan di Kuala Lumpur, Sabtu (27/12).
Meski Malaysia akan menyerahkan kepemimpinan ASEAN kepada Filipina pada 1 Januari 2026, Anwar meyakinkan pemerintahnya tetap berkomitmen mendukung upaya memastikan seluruh perjanjian dipatuhi. Tujuannya, kata dia, untuk menjaga kredibilitas ASEAN sebagai kawasan damai.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Thailand Natthaphon Narkphanit mengatakan gencatan senjata diberlakukan seiring dengan kontak militer kedua negara.
“Gencatan senjata akan berlaku mulai pukul 12.00 hari ini di sepanjang jalur komunikasi militer [kedua negara],” ujarnya usai perundingan bilateral dengan Kamboja, Sabtu pekan ini.
Ia menjelaskan, pengamat militer dari negara anggota ASEAN juga akan memantau secara ketat gencatan senjata 72 jam tersebut.
“Jika wilayah perbatasan tetap aman, para pengungsi dapat kembali,” kata Narkphanit.
Dia menambahkan bahwa Thailand kemudian akan menyerahkan tentara yang ditangkap ke pihak Kamboja.
Selain itu, Narkphanit mengatakan Thailand dan Kamboja juga sepakat untuk tidak menambah pasukan atau mengerahkan peralatan dan senjata militer tambahan di sepanjang perbatasan, kata Narkphanit.
Dia menekankan bahwa semua pasukan yang berada di garis kontak harus sepenuhnya menghentikan semua tindakan permusuhan.
Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama beberapa dekade. Namun perselisihan tersebut berubah menjadi konflik bersenjata pada 24 Juli, ketika kedua negara saling baku tembak artileri dan serangan udara.
Pada tanggal 4 Agustus, kedua belah pihak mengumumkan gencatan senjata yang diperkuat dengan perjanjian implementasi beberapa hari kemudian. Namun, pertempuran kembali terjadi sejak awal Desember dan telah menewaskan 96 orang di kedua belah pihak.
(antara/anak-anak)

