Berita Pengungsi Demam, Bau Bangkai Menyeruak

by
Berita Pengungsi Demam, Bau Bangkai Menyeruak

Daftar isi



Jakarta, Pahami.id

Seminggu bencana Banjir bandang dan tanah longsor melanda tiga wilayah di Sumatra. Mulai dari Aceh, Sumatera Utara (Sumut) hingga Sumatera Barat (Sumbar).

Bencana ini berdampak pada ribuan orang. Ratusan jalan dan puluhan jembatan juga rusak sehingga mempengaruhi penyaluran bantuan.

Hingga saat ini, proses evakuasi dan pencarian korban masih dilakukan tim SAR gabungan di wilayah terdampak banjir.


Cnnindonesia.com telah merangkum beberapa informasi dan kondisi terkini bencana di Sumatera, sebagai berikut:

836 tewas, 513 hilang

BNPB melaporkan, jumlah korban meninggal akibat banjir bandang dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) bertambah menjadi 836 orang pada Kamis malam (4/12).

Rinciannya, di Aceh dilaporkan meninggal 325 orang, di Sumut tercatat 311 orang meninggal, dan di Sumbar 200 orang meninggal.

Sedangkan korban hilang di Aceh sebanyak 170 orang, Sumut 127 orang, dan Sumbar 221 orang. Total ada 518 korban hilang yang masih dicari.

Para pengungsi mulai sakit

Warga korban banjir dan tanah longsor di Aceh yang tinggal di pengungsian mulai menderita penyakit seperti flu, demam, batuk bahkan penyakit kulit.

Hal ini diperparah dengan minimnya bantuan tenaga medis dan obat-obatan dari luar ACEH karena 204 unit rumah sakit dan puskesmas mengalami kerusakan.

Ya, mulai dari penyakit flu dan demam di setiap titik pengungsian, kami siapkan tenaga kesehatan yang ada untuk bekerja di lokasi yang mudah diakses, kata Kepala Pusat Data dan Informasi Posko Penanggulangan Bencana Bener Meriah, Ilham Abdi, saat dikonfirmasi Pahami.id, Kamis.

Rumah sakit di kawasan ini juga belum beroperasi penuh karena bahan bakar untuk mesin pembangkit listrik masih terbatas. Sehingga operasional rumah sakit terhambat dalam merawat pasien.

Bau Bangkai di Aceh Tamiang

Situasi Kabupaten Aceh Tamiang pasca dilanda banjir dan tanah longsor sejak sepekan terakhir memang memprihatinkan. Akses jalan menuju tumpukan material banjir masih menyulitkan relawan untuk menembus wilayah terpencil.

Sementara itu, situasi penduduk juga semakin terancam. Mereka memilih tidur di titik-titik pinggir jalan yang rumahnya hancur sembari menunggu bantuan datang.

“Kami terpaksa tidur di jalanan, rumah hancur, tidak ada bantuan.

Situasi ini diamini Juru Bicara Pemerintah ACEH, Muhammad MTA. Hal ini berdasarkan laporan Gubernur Aceh Muzakir Mana saat berhasil menembus kawasan Aceh Tamiang pada Rabu (3/12) sore.

Tadi malam Pak Gubernur bisa masuk ke Tamiang pukul 23.00 lewat darat dari Kota Langsa, beliau tiba pukul 23.00 hingga 03.00 di Tamiang, lapor ke kami situasi di Tamiang sudah mulai berbau bangkai, kata Muhammad.

“Dan menurut laporan masyarakat dan gubernur saat sidak, mungkin ada banyak jenazah,” ujarnya.

Di sisi lain, Kepala Pusat Data Bencana, Informasi dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari mengatakan akses jalan darat menuju Aceh Tamiang telah berhasil ditemukan. Hal ini diharapkan dapat memperlancar penyaluran bantuan kepada masyarakat terdampak.

“Aceh Tamiang kini bisa diakses dari Langkat, Sumatera Utara. Secara umum, PLN untuk sementara mendukung akses energi di Aceh Tamiang dan telah menggeser serta mengerahkan cukup banyak genset sehingga listrik di beberapa tempat bisa menyala secara terbatas,” ujarnya.

Rumor 250 warga Aceh Tamiang tewas terbantahkan

Sementara itu, Bupati Aceh Tamiang Armia Fahmi membantah rumor yang menyebutkan 250 warga di Kampung Dalam, Kecamatan Karang Baru tewas terendam banjir bandang.

“Saya tegaskan, itu tidak benar (rumor 250 warga Kampung Dalam meninggal).

Menurut Armia, memang ada warga yang meninggal dunia akibat bencana banjir di desa tersebut, namun tidak sebanyak rumor yang beredar. Daerah ini juga bukan merupakan daerah pedesaan.

“Di Kampung Dalam ada yang meninggal di sana, tapi menurut saya jumlahnya tidak terlalu banyak,” ujarnya.

Jalur Lembah Sumatera Anai Barat masih ditutup

Hingga saat ini Lembah Anai, Tanah Datar, Sumbar masih ditutup total sejak ditebang akibat banjir bandang dan longsor pada akhir November lalu.

Hingga saat ini jalur utama Wilayah Sumbar yakni kawasan Lembah Anai hingga Jembatan Kembar Padang Panjang masih ditutup total, kata Direktur Lalu Lintas Polda Sumbar Kombespol Hm Reza Akbar Sidiq di Padang, Kamis seperti dikutip Antara.

Dia mengatakan, belum bisa dipastikan berapa lama penutupan ini akan berlangsung karena pekerjaan masih tertunda dan perbaikan jalan rusak akibat bencana alam.

Sebagai informasi, jalan ini merupakan akses penting yang menghubungkan Sumatera Barat dan Riau. Jalur ini juga menyediakan akses untuk menghubungkan Kota Padang dengan Bukittinggi.

Jalan ini tidak hanya menjadi jalur transportasi, tetapi juga menjadi jalur utama distribusi barang, logistik, dan kegiatan perekonomian. Dengan lumpuhnya jalur di Lembah Anai, satu-satunya akses jalan dari Padang menuju Bukittinggi kini hanya melalui Sitinjau Lauik, Padang.

Sementara jalur alternatif Padang-Buktinggi lewat Malalak, Agam juga lumpuh akibat bencana alam berupa banjir bandang dan tanah longsor.

Jadi akses dari Padang ke Bukittinggi sekarang hanya lewat Sitinjau Lauik, lalu ke Solok, Danau Singkarak, lalu keluar di Kota Padang Panjang, kata Reza.

Dugaan pelanggaran yang dilakukan 12 perusahaan di Sumut

Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menemukan bukti pelanggaran hukum yang dilakukan 12 perusahaan di Sumut dan diduga turut andil dalam bencana yang terjadi belakangan ini.

“Gakkum Forestry saat ini sedang melakukan inventarisasi subjek hukum yang terbukti berkontribusi terhadap bencana tanah longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar.

Raja Juli mengatakan, penegakan hukum terhadap 12 subjek hukum yang diduga melanggar hukum akan segera dilakukan.

“Gakkum kita sekarang sudah di lapangan dan Insya Allah akan kita laporkan ke Komisi IV dan juga masyarakat hasil kurang lebih 12 lokasi atau subjek undang-undang ini,” ujarnya.

(Des/Senin)