Jakarta, Pahami.id –
Perdana Menteri sementara ThailandPhumtham Wechayahai, mempresentasikan keputusan pembubaran Parlemen pada hari Rabu (3/9).
Melalui pernyataan partai Pheu Thailand, langkah itu diambil setelah partai oposisi terbesar benar -benar mendukung kandidat lain untuk memimpin pemerintah.
Keputusan ini berpotensi memicu pemilihan baru sebelum akhir tahun ini, hanya dua tahun setelah Thailand terakhir mengadakan pemilihan pada Mei 2023.
Namun, langkah ini memicu debat hukum karena status Phumtham yang hanya berfungsi sebagai perdana menteri sementara.
Lowongan telah melanda pemerintah Thailand sejak Jumat, setelah Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra dikeluarkan oleh Pengadilan Konstitusi sebagai akibat dari pelanggaran etis.
Pheu Thai, yang masih merupakan partai sementara, telah mencoba menganggap partai rakyat sebagai mitra politik.
Namun, Partai Rakyat sebenarnya menyatakan dukungan untuk pengusaha konservatif Anutin Charnvirakul.
Partai itu juga menyatakan bahwa mereka siap memberikan 143 kursi parlemen untuk memberikan Anutin untuk menjadi perdana menteri, asalkan Parlemen dibubarkan dalam waktu empat bulan.
Seorang ilmuwan politik dari Ubon Ratchathani University, Titipipol Phakdeewanich, menilai bahwa pemilihan baru mungkin merupakan jalan keluar.
“Pemilihan bisa menjadi solusi terbaik, karena hampir tidak mungkin untuk membentuk pemerintahan yang normal,” katanya Afp.
Sebaliknya, langkah -langkah Phumtham untuk membubarkan parlemen secara langsung dipertanyakan.
Seorang anggota kamp melaporkannya atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan, sementara anggota parlemen lainnya menuduhnya melakukan pelanggaran kerajaan untuk mengajukan pembubaran parlemen kepada raja tanpa kekuasaan yang jelas.
Anutin sendiri menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Kesehatan.
Pada tahun 2022, ia memenuhi janjinya untuk melegalkan ganja, tetapi juga menerima kritik setelah pernyataannya menyalahkan orang asing atas penyebaran Covid-19.
Partai Pheu Thai selama dua dekade telah menjadi kendaraan politik keluarga Shinawatra, bersaing dengan pro-monarki dan pro-militer.
Tetapi posisinya melemah setelah Anutin dan partai Bhumjaithai meninggalkan koalisi, dipicu oleh perselisihan perbatasan dengan Kamboja yang mengarah ke pemindahan Paetongtar.
Partai Rakyat, yang merupakan penerus partai yang bergerak maju, diharapkan untuk mengembalikan agenda pembaruan hukum Lese-Majeste dan mengurangi pengaruh militer jika pemilihan baru diadakan.
Penduduk Bangkok yang sangat berusia 34 tahun, Itthirat Sutannachana, mengaku siap mendukung mereka. “Saya akan memberi Anda wajah baru kesempatan untuk melihat apakah mereka dapat melakukan sesuatu yang berbeda,” katanya.
(ZDM/RDS)