Berita Pengamat Asing Soroti Citra Gemoy dan Peluang Prabowo di Pilpres 2024

by


Jakarta, Pahami.id

Para ahli dari Australia berbicara mengenai citra calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, serta peluang Prabowo di Pilpres yang akan digelar pada 14 Februari mendatang.

Ketua Politik Islam Global dari Alfred Deakin Institute for Citizenship and Globalization (ADI), Greg Barton, mengutarakan pandangannya mengenai citra “gemoy” Prabowo dalam diskusi online bertajuk “Pandangan dari Luar: Bagaimana Kaum Indonesia Melihat Demokrasi, Pemilu, dan Pembangunan Politik” oleh Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI).


Barton mengatakan, Menteri Pertahanan Indonesia menunjukkan gambaran yang berbeda dibandingkan saat ia bertarung pada Pilpres 2014 dan 2019.

Pada tahun 2014, kata Barton, Prabowo menggambarkan dirinya sebagai seorang populis atau manusia rakyat. Kemudian pada tahun 2019, Ketua Umum Partai Gerindra ini menggambarkan dirinya sebagai negarawan internasional.

Kini, di pemilu presiden ketiganya, Prabowo berusaha membuat dirinya terlihat seperti “paman lucu”.

“Hal yang menarik tentang TikTok adalah hal itu [Prabowo] Beritahukan pada generasi muda, kawan-kawan, jangan takut. Abaikan cerita yang pernah Anda dengar dari semua orang di masa lalu. “Tidak ada yang perlu ditakutkan di sini,” kata Barton dalam diskusi, Jumat (2/2).

“Jadi dia berubah dari generasi X yang menakutkan menjadi paman yang lucu,” lanjutnya.

Hal tersebut diungkapkan Barton saat membahas pengaruh media sosial untuk kepentingan politik saat pemilihan umum (pemilu). Menurut Barton, media sosial mempunyai peran penting karena dapat menarik generasi baru yang tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi.

Berbeda dengan 20 tahun lalu ketika dunia belum semaju sekarang.

Barton lantas mencontohkan saat debat capres mantan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy, sang mantan presiden sukses menggelar debat pilpres karena disiarkan di televisi.

Kennedy, kata dia, memahami televisi dengan baik karena mengikuti segala arahan, termasuk tata rias, agar bisa tampil di depan layar. Berbeda dengan lawannya, Richard Nixon yang saat itu menolak memakai riasan.

“Ini adalah titik balik. Untuk teknologi baru,” kata Barton.

“Media sosial mengubah banyak orang sehingga orang tidak perlu duduk di sofa atau menonton televisi ketika kita sekarang dapat mengangkat telepon dan melihat apa yang diberikan algoritma media sosial kepada kita,” lanjut Barton.

Barton kemudian menyinggung pemilu di Filipina sebagai salah satu ajang pemilu yang sukses karena menggunakan media sosial sebagai media kampanye. Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr alias Bongbong menggunakan TikTok untuk meliput era ayahnya, Ferdinand Marcos Sr, yang memerintah negara secara otoriter.

Hal serupa juga terjadi pada Bongbong Marcos, yang merupakan bagian dari kampanye sukses menutupi era Marcos dan menceritakan kembali sejarah melalui media sosial, katanya.

Dan menurut saya, Prabowo tidak akan berhasil karena keserakahannya, lanjutnya tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Belakangan ini, berbagai jajak pendapat menunjukkan bahwa Prabowo Subianto memiliki elektabilitas tertinggi di kalangan anak muda seperti generasi milenial dan generasi Z.

Salah satunya survei Poltracking yang menunjukkan generasi di bawah 22 tahun cenderung memilih Prabowo dan pasangannya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon presiden Indonesia.

Dalam survei LSI, Prabowo-Gibran juga menjadi pilihan generasi di bawah 21 tahun. Survei Indikator juga menyebutkan generasi Z dan Y (milenial) lebih memilih Prabowo-Gibran dibandingkan dua calon presiden lainnya.

Pada Pilpres mendatang, Prabowo-Gibran akan bersaing dengan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Meski meraih elektabilitas tertinggi, namun banyak partai yang enggan memilih pasangan tersebut karena dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan Prabowo di masa lalu.

Banyak pula yang tidak menyukai Gibran karena ‘jalur cepat’ sebagai calon wakil presiden. Gibran bisa menjadi calon wakil presiden di bawah usia 40 tahun karena keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memperbolehkan mereka yang berusia di bawah 40 tahun untuk ikut serta dalam pemilihan presiden selama mereka memiliki pengalaman administratif.

(blq/baca)

[Gambas:Video CNN]

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);