Berita Pemilu Berdarah Tewaskan 700 Orang, Presiden Tanzania Terpilih Lagi

by
Berita Pemilu Berdarah Tewaskan 700 Orang, Presiden Tanzania Terpilih Lagi


Jakarta, Pahami.id

Presiden Tanzania, Samia Suluhu Hassan, dinyatakan sebagai pemenang pemilu dengan perolehan lebih dari 97% suara, di tengah demonstrasi yang mengakibatkan ratusan kematian.

Hasil ini diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum Tanzania.

Hassan, yang akan berkuasa pada tahun 2021 setelah pendahulunya meninggal, akan menjabat selama lima tahun ke depan untuk memerintah negara Afrika Timur yang berpenduduk 68 juta orang.


Kemenangan telak belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah ini. Hanya Paul Kagame, pemimpin otoriter Rwanda, yang selalu menang telak.

Tanzania sendiri diguncang demonstrasi besar-besaran setelah negara Afrika Timur itu menggelar pemilu pada 29 Oktober. Pemilu tersebut meliputi pemilu presiden, parlemen, dan dewan lokal.

Kelompok hak asasi manusia, termasuk Amnesty International, melaporkan adanya pola penghilangan paksa, penangkapan sewenang-wenang, dan pembunuhan ekstremis di Tanzania.

Sekitar 700 orang dilaporkan tewas dalam demonstrasi pemilu.

Partai oposisi Chadema melaporkan, jumlah tersebut merupakan akumulasi dari demonstrasi yang terjadi sejak Rabu (29/10).

“Korban tewas di Dar (es Salaam) sekitar 350 orang dan di Mwanza lebih dari 200 orang. Ditambah korban dari tempat lain di negara ini, jumlahnya sekitar 700 orang,” kata juru bicara Partai Chadema John Kitoka seperti dikutip AFP.

Pemilu ini banyak dikritik karena dugaan kecurangan yang dilakukan oleh Samia Suluhu Hassan dan partai berkuasanya, Chama Cha Mapinduzi.

Hassan dituduh berusaha memenangkan pemilu dengan mengalahkan saingannya. Dua calon presiden dari pihak oposisi telah dilarang dan didiskualifikasi untuk mencalonkan diri.

Hassan hanya mencalonkan diri melawan 16 kandidat dari partai kecil yang nyaris tidak berkampanye.

AP melaporkan bahwa masyarakat marah dan melancarkan protes besar-besaran di berbagai kota, termasuk Dar es Salaam. Mereka menentang pemilu yang tidak bebas dan adil.

Polisi dan tentara kemudian dikerahkan untuk mengendalikan massa. Pemerintah juga memberlakukan jam malam, pemblokiran internet, dan pembatasan akses media sosial.

(VWS)