Berita Pemerintah Palestina di Bawah Fatah Bekukan Sementara Siaran Aljazeera

by


Jakarta, Pahami.id

Pemerintah Palestina di bawah faksi Fatah menghentikan sementara siaran TV Aljazeera di wilayah tersebut dengan tuduhan ‘zat inflamasi’.

Mengutip dari Kantor Berita Palestina, WAFAKomite Menteri terkait memutuskan untuk membekukan siaran TV Aljazeera karena materinya menghasut dan memancing kontroversi. Otoritas Palestina di bawah faksi Fatah mengelola Tepi Barat, sedangkan Jalur Gaza dikelola oleh faksi Hamas.

Dan, berikut pernyataan lengkap pemerintah Palestina di bawah Fraksi Fatah terkait pembekuan siaran tersebut TV Al Jazeera di sana:


Sebuah komite kementerian yang berwenang yang terdiri dari Kementerian Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Komunikasi telah memutuskan untuk menghentikan sementara siaran tersebut dan membekukan semua pekerjaan jurnalis, karyawan, kru, dan saluran yang berafiliasi dengannya, hingga status hukumnya ditetapkan. dikoreksi. Sebab, Al Jazeera melanggar hukum dan peraturan yang berlaku di Palestina.

Keputusan ini diambil setelah Al Jazeera bersikeras menyiarkan materi dan laporan yang dianggap menyesatkan, menghasut, dan mencampuri urusan dalam negeri Palestina.

Sekadar informasi, pekan lalu Otoritas Palestina di bawah Fatah mengkritiknya TV Al Jazeera atas liputannya tentang bentrokan antara pasukan keamanan dan kelompok milisi di kamp Jemin di Tepi Barat pada 24 Desember 2024.

Fatah, faksi yang mengendalikan Otoritas Palestina di Tepi Barat, mengatakan TV Aljazeera menabur perpecahan di “tanah air Arab kita pada umumnya, dan di Palestina pada khususnya.”

TV Al Jazeera pekan lalu mendapat kecaman dari Otoritas Palestina karena liputannya tentang pertempuran selama berminggu-minggu antara pasukan keamanan Palestina dan pejuang militan di kamp Jenin di Tepi Barat.

Tentara Israel pada bulan September mengeluarkan perintah militer kepada Al Jazeera untuk menghentikan operasinya, setelah mereka menggerebek biro outlet tersebut di kota Ramallah, Tepi Barat.

Menanggapi penangguhan tersebut, Aljazeera menyatakan dunia sudah terbiasa dengan militer Israel yang menggunakan kekuatan militer untuk menekan kelompok militan Palestina di Tepi Barat. Namun, Otoritas Palestina telah mengambil langkah-langkah untuk menggunakan kekuatan serupa selama empat minggu terakhir.

“Dan karena wartawan memberitakan hal ini, Otoritas Palestina kemudian memutuskan untuk melakukan hal tersebut (membekukan),” kata Al Jazeera.

Brigade Jenin di Tepi Barat merupakan kelompok pejuang yang berafiliasi dengan berbagai faksi di Palestina. Otoritas Palestina mulai ‘menyerbu’ Jenin pada pertengahan Desember 2024, menargetkan pejuang yang beroperasi di dalam kamp pengungsi.

Juru bicara Otoritas Palestina pada Desember 2024 menyatakan bahwa operasi di Jenin dilancarkan untuk ‘memberantas hasutan dan kekacauan’. Namun analis seperti dikutip dari Al Jazeeramenyatakan bahwa Otoritas Palestina sedang memulihkan pengaruhnya di Tepi Barat.

Pemerintahan Palestina di bawah Fatah juga berupaya menampilkan diri sebagai mitra keamanan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

(tim/anak-anak)