Jakarta, Pahami.id –
Kantor Kepala Komunikasi Presiden (PCO) Hasan Nasbi Tekankan bahwa pemerintah akan meninjau pendidikan siswa yang bermasalah di bar militer yang diprakarsai oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Hasan mengatakan kebijakan DED dapat digunakan karena masalah pendidikan telah menjadi domain pemerintah daerah. Namun, pemerintah akan terus mempelajari cara -cara untuk melihat implementasi dan dampaknya pada siswa.
“Faktanya, pendidikan memiliki kebijakan yang terdesentralisasi ke distrik, kota, dan ke daerah itu,” kata Hasan di wilayah pusat Jakarta pada hari Sabtu (10/5).
“Selama tidak melanggar prinsip -prinsip, tetapi pemerintah akan meneliti, akan meninjau ini. Kebijakan baru, kebijakan dalam bentuk inisiatif pasti akan dibahas nanti dalam pemerintahan.” Dia melanjutkan.
Hasan kemudian menjelaskan bahwa partainya sejauh ini telah mendengar informasi terkait dengan implementasi pendidikan di bar militer Dedi Mulyadi. Dia pikir pendidikan dilakukan dengan izin dari orang tua para peserta.
Kepala PCO kemudian berharap publik dapat menemaninya tanpa anti -imortalitas secara langsung dengan kebijakan tersebut. Sebaliknya, ia juga mendorong masyarakat untuk membahas masalah ini kepada kementerian yang relevan.
Namun, di samping itu, pemerintah pasti akan belajar lebih banyak untuk mengetahui efektivitas program dalam mengurangi masalah remaja di masyarakat.
“Inisiatif baru ini tidak dapat secara langsung anti -tunggu, tetapi kritik bersama. Ada sesuatu yang dilanggar atau tidak dapat dipenuhi dari pola pendidikan seperti itu,” katanya.
“Kalau begitu kami juga akan meninjau apakah ini bisa efektif atau tidak untuk mengurangi sesuatu yang dikatakan nakal, non -kepatuhan, dan segala macam hal,” kata Hasan.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengirim siswa yang dianggap sulit ditangani oleh orang tua dan sekolah ke Barak Militer untuk disiplin.
Kebijakan ini diluncurkan sebagai langkah alternatif setelah orang tua dan sekolah menyatakan bahwa mereka tidak dapat menangani perilaku siswa ini.
Dengan pernyataan itu, orang tua menyerahkan anak -anak mereka ke bar militer untuk disiplin, tetapi masih difasilitasi oleh pendidikan akademik dan bantuan psikologis.
Pemerintah melalui Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai juga merespons awal. Dia juga menyarankan bahwa metode ini dapat digunakan dalam skala besar di Indonesia jika implementasi Jawa Barat berhasil.
Ini disajikan oleh Pigai setelah bertemu Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di Kementerian Hak Asasi Manusia, Jakarta, Kamis (8/5).
“Jika Jawa Barat berhasil, menurut pihak berwenang yang dimiliki oleh Kementerian Hak Asasi Manusia, itu akan menyampaikan kepada Menteri Pendidikan Nasional untuk mengeluarkan aturan sehingga model ini dapat diimplementasikan dalam jumlah besar di seluruh Indonesia, dalam jumlah besar di seluruh Indonesia untuk masa depan,” kata Pigai.
(FRL/RDS)