Berita PDIP Klaim Risma-Gus Hans Tak Didukung Oligarki di Pilgub Jatim 2024

by


Surabaya, Pahami.id

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan calon gubernur dan wakil gubernur Jatim nomor urut 3 Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) tidak didukung oligarki di Pilgub Jatim atau Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2024.

Hal itu disampaikan Hasto di arena Debat III Pilkada Jatim 2024 di Grand City Convex, Surabaya, Senin (18/11). Ia datang untuk mendukung Risma-Gus Hans yang akan bersaing dengan calon lainnya.

Ya kalau orang lain minta tolong, orang yang punya uang banyak, kekuasaan oligarki, kalau Puan Risma minta bantuan Gusti, minta bantuan masyarakat Jatim, kata Hasto.


Hasto mengatakan, Risma merupakan sosok pemimpin yang bekerja dengan penuh keikhlasan, serta dibekali kekuatan moral dan integritas yang baik.

“Bu Risma, Dolly yang dulu wajahnya kabur di Surabaya, kini menjadi wajah kemanusiaan yang sangat baik, memancarkan nilai-nilai kehidupan berdasarkan Pancasila,” ujarnya.

Kata Hasto, Risma-Gus Hans kini justru mendapat arus balik dukungan jelang hari pemungutan suara Pilgub Jatim pada 27 November 2024.

“Kami mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat dan ada arus balik dukungan yang sangat kuat terhadap Puan Risma dan Gus Hans,” kata Hasto.

Hal ini, menurut Hasto, karena masyarakat sudah memahami dan memahami betul rekam jejak Risma yang telah bekerja keras dan ikhlas selama memimpin Surabaya periode 2010-2020.

Karena Puan Risma adalah pemimpin yang merupakan perwujudan kasih sayang seorang ibu sepanjang zaman. Pemimpin yang menjadikan Surabaya sebagai ikon kebanggaan kemajuan masyarakat Jatim. Makanya arus balik dukungan sangat kuat, ujarnya. . .

Masyarakat, kata Hasto, juga melihat bagaimana Risma-Gus Hans diserang oleh kekuatan politik besar atau koalisi raksasa calon lain.

Padahal, saat Puan Risma diserang, dikepung, Puan Risma hanya bisa pasrah kepada masyarakat Jatim, pasrah pada Gusti, pasrah pada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, ”ujarnya.

“Jadi ini mempercepat kembalinya dukungan kepada pemimpin yang sangat populer, pemimpin yang apa adanya, pemimpin yang tidak punya modal, pemimpin yang bergantung pada pekerjaan dengan dukungan rakyat,” imbuhnya.

(frd/wiw)