Jakarta, Pahami.id —
Para pemimpin Gereja Katolik di seluruh dunia, Paus Fransiskusmenyentuh hubungan antara Indonesia dan Timor Timur saat berpidato di Dili hari ini, Senin (9/9).
Paus menyampaikan pidato di depan para pemimpin negara, perwakilan masyarakat sipil dan diplomat di Istana Negara.
Ia mengatakan, Timor Leste mampu bangkit kembali dan menemukan jalan menuju perdamaian setelah melalui masa-masa sulit.
“Rakyat Timor Leste tidak pernah putus asa ketika dihadapkan pada masa dramatis perjuangan kemerdekaan,” kata Paus seperti dikutip Berita Vatikan.
Ia juga memuji, “Upaya gigih masyarakat Timor Leste untuk mencapai perdamaian dengan saudara-saudaranya di Indonesia.”
Timor Leste telah dijajah oleh tentara Indonesia sejak tahun 1975.
Di tengah pendudukan tersebut, Gereja Katolik turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan wilayah ini.
Gereja berperan sebagai sumber informasi, pemberi perlindungan, dan pemberi dukungan kepada masyarakat Timor Leste.
Kaitan antara agama Katolik dengan kemerdekaan Timor Leste tidak berhenti sampai disitu saja. Pada tahun 1989, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Timor Leste yang saat itu masih bernama Timor Timur.
Dalam pidatonya, ia mengecam pertumpahan darah yang terjadi dan menginspirasi para pejuang kemerdekaan di Timor Leste.
Kunjungan Paus Paulus II memberikan dorongan bersejarah di panggung global di tengah upaya masyarakat untuk mencapai kemerdekaan.
Banyak umat Katolik di Timor Leste mengingat Paus Paulus II sebagai satu-satunya pemimpin dunia yang berkunjung selama pendudukan selama puluhan tahun.
Paus Paulus II sebenarnya juga mengunjungi Indonesia pada tahun itu.
Pada masa invasi Indonesia, warga Timor Leste harus memilih salah satu dari enam agama resmi. Sebelumnya, banyak orang yang menganut animisme dan berbicara bahasa daerah.
Akibat pemaksaan memilih agama, masyarakat menganut agama Katolik sebagai cara menolak integrasi dengan Indonesia yang mayoritas beragama Islam, seperti dikutip Reuters.
Sebelum tahun 1975, umat Katolik hanya berjumlah sekitar 30 persen. Namun setelah kemerdekaan jumlahnya mencapai lebih dari 95 persen.
Timor Leste memperoleh kemerdekaan melalui referendum yang diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2002.
Pada tahun 2004, Indonesia secara resmi mengubah Kantor Kepentingan Republik Indonesia di Dili menjadi Kantor KBRI.
Saat itu, Duta Besar Indonesia pertama untuk Timor Leste adalah Ahmed Bey Sofwan.
Paus Fransiskus dalam kesempatan ini juga menyinggung tantangan baru yang dihadapi Timor Leste setelah menjadi negara merdeka.
Masalah-masalah seperti migrasi; kemiskinan, khususnya di daerah pedesaan; penyalahgunaan alkohol; dan pembentukan geng-geng remaja, perlu segera dicarikan solusinya.
“Itulah sebabnya saya ingin mengatakan: Semoga iman, yang telah mencerahkan dan menopang Anda di masa lalu, terus menginspirasi Anda saat ini dan masa depan Anda,” kata Paus.
(isa/dna)