Jakarta, Pahami.id –
Orang tua Timothy Anugrah Saputra (21), pelajar Universitas Udayana (Unud), Bali yang meninggal dunia diduga bunuh diri dan diduga bunuh diri intimidasi (menggertak) telah meminta polisi mengusut tuntas kematian putranya.
Ayah Timotius, Lukas Diana Putra, pun melaporkan langsung ke polisi dan diterima sebagai aduan masyarakat (Dumas).
Kabid Humas Polresta Denpasar I Ketut Sukadi Lukas menyampaikan pengaduan tersebut pada Sabtu (18/10).
Ayahnya sempat adu mulut dengan polisi (Denpasar) soal simpang siur pemberitaan anaknya, kata Sukadi, Minggu (19/10) seperti dikutip dari Beberapa saat yang lalu.
Sukadi mengatakan, polisi juga mendalami dugaan meninggalnya korban setelah diduga terjatuh dari gedung kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNUD.
Polresta Denpasar sudah menerima pengaduan dan telah dilakukan penyelidikan terkait kejadian tersebut, jelas Sukadi.
Terpisah, Lukas mengatakan pihak keluarga ingin mencari kebenaran kronologi meninggalnya Tas. Ia menilai kronologi yang beredar selama ini masih menyesatkan.
“Saya ingin tahu dan memastikan kenapa, misalnya anak saya terjatuh? Apakah dia bunuh diri? Apakah ada kecelakaan atau ada faktor lain?” kata Lukas.
Lukas mengatakan pihak kampus belum bisa memberikan jawaban yang diharapkannya.
“Saya hanya melaporkan kematian anak saya agar dapat diselidiki kejadian dan kronologinya agar jelas penyebab kematiannya dari lantai dua atau tiga,” ujarnya.
tim investigasi UNUD
Sementara itu, mengutip dari Di antaraRektorat Universitas Udayana membentuk tim investigasi khusus untuk mengusut kasus kematian Timothy yang berujung pada tudingan bahwa almarhum merupakan korban perundungan yang dilakukan teman-temannya di kampus.
Pembentukan tim penyidik diumumkan Menteri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yularto usai mengikuti rapat terbatas dengan Presiden RI Prabowo Subianto di kediamannya, Kawasan Kertanegara, Jakarta Selatan, Minggu.
“Rektor sudah membentuk tim untuk menyelidiki, memeriksa apa yang sebenarnya terjadi,” ujarnya.
Selain itu, kata Brian, Rektorat Unud juga memfasilitasi bantuan bagi keluarga korban dan pihak terkait.
Ia menambahkan, Kemendikbudristek akan terus memantau perkembangan kasus tersebut agar penanganannya transparan dan adil.
Brian menyampaikan, meninggalnya mahasiswa UNUD merupakan renungan kolektif bagi seluruh civitas akademika untuk lebih peka terhadap situasi mahasiswa di kampus, terutama yang mungkin menghadapi tekanan sosial atau psikologis.
“Banyak kasus yang ditutup padahal perlu dicermati bersama. Kita ingin kampus membangun suasana saling peduli dan mendukung,” ujarnya.
Sebelumnya, polisi mengungkap TAS jatuh dari lantai empat gedung tersebut, bukan dari lantai dua seperti yang beredar sebelumnya. Tas tersebut terjatuh di depan gedung Fisip Unud, Jalan Sudirman, Denpasar, Bali, pada Rabu (15/10).
Kompol Sukadi selaku Kabid Humas Polresta Denpasar, Kamis (16/10) malam, mengatakan hal itu berdasarkan keterangan seorang saksi yang juga mahasiswa berinisial NKGA. Saat kejadian, NKGA sedang berada di lantai empat menunggu dosen dan temannya.
“Rabu tanggal 15 Oktober 2025 pukul 08.30 Wita, saat saksi sedang belajar dan menunggu dosen, saksi dan temannya berinisial D duduk di teras depan kelas lantai empat kampus mendiskusikan mata kuliah tersebut,” kata Sukadi, Kamis sore seperti dikutip dari keterangan pers. Beberapa saat yang lalu.
“Sekitar 15 menit kemudian korban datang dari arah pintu lift dengan membawa tas punggung dan mengenakan kemeja putih, terlihat panik dan melihat sekeliling kampus,” ujarnya.
Saksi, kata Sukadi, mengatakan korban duduk di kursi panjang sisi barat ruang kelas. Namun karena saksi tidak mengenal korban, maka saksi tidak memberikan perhatian lebih.
Beberapa detik kemudian, korban diduga melompat dari lantai empat. Sontak, mahasiswa lain beserta petugas keamanan kampus bergegas mengevakuasi dan membawa korban ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Ngoerah, Denpasar.
Saat tiba di Rumah Sakit Darurat (IGD) Prof Ngoerah, korban masih dalam keadaan sadar. Namun karena mengalami pendarahan dan kesadarannya terus menurun, mahasiswa semester tujuh program studi sosiologi itu dinyatakan meninggal dunia.
Kemudian tersebar informasi bahwa korban diduga mengalami tekanan psikologis berat akibat perundungan dari teman-temannya.
Peristiwa tersebut menuai gelombang simpati dan kemarahan masyarakat, apalagi setelah beredar tangkapan layar percakapan grup WhatsApp yang menunjukkan korban kerap dijadikan bahan olok-olok.
Pasca kejadian tersebut, sejumlah mahasiswa Universitas Udayana justru menghina kematian Timothy di media sosial, yang kemudian menuai kecaman luas di dunia maya.
Mahasiswa yang mengejek kematian Timotius kemudian mendapat larangan masuk kampus.
(anak/bijaksana)