Berita Mengapa pada Mulanya Indonesia Menyambut Baik Kedatangan Jepang?

by


Jakarta, Pahami.id

Tim Nasional Indonesia dan Jepang semakin menjadi sorotan jelang berlaga di Piala Asia 2023 (2024) Rabu sore ini (24/1).

Tim Garuda mengaku berusaha semaksimal mungkin pada pertandingan tersebut karena Jepang bukanlah lawan yang mudah.


Selain laga ini, Indonesia dan Jepang punya catatan sejarah masing-masing.

Jepang mulai menduduki Indonesia pada bulan Januari 1942, setahun setelah menyerang Pearl Harbor.

Mereka pertama kali mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur, dan langsung menduduki kota ini.

Tak lama kemudian, mereka memperluas kekuasaannya dari Balikpapan hingga Ambon.

Kedatangan Jepang mendapat respon positif dari masyarakat Indonesia.

Mengapa awalnya warga menyambut baik Tim Negeri Sakura?

Saat Jepang datang, Indonesia masih dijajah oleh Belanda yang merupakan anggota blok Sekutu.

Sedangkan Jepang mendekatkan diri dengan Jerman dan Italia yang membentuk blok Poros.

Lantas, mengapa Indonesia awalnya menyambut baik Jepang?

Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang setelah tim ini berhasil mencapai Batavia dan mengusir pasukannya dari negara Eropa tersebut.

Penyerahan tersebut tertuang dalam Perjanjian Kalijati yang ditandatangani pada 8 Maret 1941.

Saat itu, banyak masyarakat Indonesia yang menganggap Jepang sebagai pembebas setelah sekian lama berada dalam cengkraman Belanda.

Jepang juga menggunakan propaganda untuk meraih simpati masyarakat yang dikenal dengan istilah 3A: Jepang cahaya Asia, Jepang pelindung Asia, Jepang pemimpin Asia.

Di Indonesia mereka memberikan peluang politik kepada organisasi-organisasi nasional dan keagamaan, yang sebelumnya ditolak oleh Belanda.

Ketika Jepang dijajah, peperangan di belahan dunia lain juga terjadi.

Para pemimpin mulai menyadari bahwa mereka tidak dapat lagi memenangkan perang Pasifik. Fokus mereka kemudian berubah menjadi aktif mempersiapkan elite Indonesia mencapai kemerdekaan.

Namun menurut esai di Hubungan Internasional tujuan dari langkah ini adalah untuk menggagalkan penaklukan kembali pasukan sekutu. Oleh karena itu, ketika Belanda kembali ke tatanan kolonial lama, mereka tidak ada lagi.

Jepang juga melakukan intervensi dengan kaum Nasionalis untuk menyebarkan ide-ide mereka; dan kedua dan melakukan pelatihan militer dan persenjataan untuk perang kemerdekaan.

Saat menguasai Indonesia, Jepang menerapkan sistem kerja paksa (romusha) untuk proyek pembangunan dan pertahanan di Jawa. Mereka juga mengirimkan 200.000 hingga setengah juta orang Jawa ke luar Jawa dan Burma.

Kemunculan romusha ini kemudian menggeser cara pandang masyarakat Indonesia terhadap Jepang, seperti dikutip dari Peta Sejarah.

(membaca)

[Gambas:Video CNN]

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);