Berita Macron Khawatir Permukiman Ilegal Israel Ancam Negara Palestina

by
Berita Macron Khawatir Permukiman Ilegal Israel Ancam Negara Palestina


Jakarta, Pahami.id

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengaku khawatir dengan perluasan pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat. Ia yakin hal ini dapat mengancam eksistensi negara Palestina dan upaya damai yang dipimpin AS.

Pernyataan tersebut disampaikan Macron pada pertemuan tingkat tinggi antara negara-negara Arab dan Eropa yang digelar di Paris, beberapa jam setelah pengumuman perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza pada Kamis (9/10).


Macron menyambut baik perjanjian gencatan senjata dan menyebutnya sebagai “harapan besar” bagi wilayah tersebut. Namun, ia juga memperingatkan bahwa peningkatan pembangunan solusi pendudukan di Tepi Barat merupakan ancaman nyata bagi penciptaan bangsa Palestina.

“Ini tidak hanya tidak dapat diterima dan bertentangan dengan hukum internasional, tetapi juga ketegangan, kekerasan, dan memicu ketidakstabilan,” kata Macron, yang memimpin pertemuan di Paris, seperti dilansir antara. AFPKamis (9/10).

“[Pembangunan permukiman ilegal tersebut] “Pada dasarnya menentang rencana Amerika dan ambisi kolektif kami untuk kawasan yang aman,” katanya.

Pertemuan di Paris dihadiri oleh para menteri luar negeri dari lima negara Arab, yakni Mesir, Yordania, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab, serta perwakilan Eropa dari Perancis, Italia, Jerman, Spanyol, dan Inggris. Uni Eropa dan Türkiye juga mengirimkan delegasi.

Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dicapai melalui pembicaraan tidak langsung di Sharm El-Sheikh, Mesir. Perjanjian tersebut mencakup pelepasan seluruh uang tebusan Israel yang masih hidup dan dipandang sebagai langkah penting dalam mengakhiri perang yang menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan di Gaza.

Sebelum pertemuan di Paris, hubungan Prancis dan Israel sempat mengalami ketegangan setelah Macron mengumumkan pengakuan resmi negara Palestina pada 22 September dalam pidatonya di Majelis Umum PBB. Pengakuan ini mengikuti langkah yang sama dari Kanada, Portugal dan Inggris.

Israel menanggapi pertemuan di Paris dengan kemarahan. Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar, dalam pernyataannya di platform X, menyebut pertemuan tersebut tidak perlu dan berbahaya, dan dirancang untuk mendukung Israel ketika negosiasi sensitif sedang berlangsung.

Sementara itu, Perancis berharap langkahnya untuk mengakui negara Palestina akan memperkuat prospek penyelesaian dua negara, yang menurut Paris adalah satu-satunya cara menuju perdamaian jangka panjang di wilayah tersebut.

Agenda utama pertemuan tersebut antara lain pembahasan pembentukan tim stabilitas internasional sebagaimana tertuang dalam rencana keamanan AS, serta dukungan terhadap otoritas Palestina yang saat ini berada di Tepi Barat.

Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul mengatakan dalam pertemuan tersebut, “Penting bagi kita untuk bertindak bersama dan segera mulai bekerja.” Meski demikian, Berlin menyatakan masih tidak setuju dengan keputusan beberapa negara Eropa yang mengakui negara Palestina saat ini.

(DMI/DMI)