Jakarta, Pahami.id —
Duta besar Korea Selatan untuk ASEAN Lee Jang Keun mengharapkan konferensi tingkat tinggi (KTT) ASEAN yang akan digelar bulan depan bisa memberikan pesan kuat kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un karena tindakan mereka terprovokasi di wilayah tersebut.
Harapan Lee itu diungkapkannya saat menghadiri lokakarya Jaringan Jurnalis Generasi Penerus Indonesia tentang Korea yang diadakan oleh Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation (KF) di Jakarta.
KTT ASEAN akan diselenggarakan pada 6-11 Oktober di Laos. Biasanya dalam pertemuan ini akan ada deklarasi bersama, pernyataan presiden, dan pernyataan kepala negara.
“Dan apa yang kami harapkan dari ASEAN adalah pernyataan indeks yang menyampaikan pesan yang tepat kepada Korea Utara, bukan kata-kata yang samar-samar,” kata Lee.
Kata-kata yang tidak jelas tersebut, katanya, adalah untuk mendesak “setiap pihak untuk menahan diri dari provokasi” tanpa menyebut nama Korea Utara.
Itu kata-kata yang sangat umum dari ASEAN, karena ASEAN ingin berdialog. ASEAN ingin perdamaian. Jadi tidak ingin mengeluarkan kata-kata yang tidak nyaman bagi pihak mana pun, kata Lee.
Lebih lanjut, Lee mengatakan ASEAN dan Korea harus “mengirimkan pesan yang tepat” kepada Korea Utara bahwa dialog adalah kunci untuk menstabilkan kawasan, bukan provokasi.
Ia juga menggarisbawahi bahwa blok Asia Tenggara telah dilihat oleh dunia sehingga pernyataan mereka harus diperhitungkan.
ASEAN kini juga menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-30 di dunia. Lee melihat kekuatan ekonomi memiliki pengaruhnya sendiri.
“Jadi sekarang apa yang Anda sampaikan sudah sangat berbeda. Jadi kami berharap ASEAN mengucapkan kata-kata yang tepat,” ujarnya.
Lee kemudian mencontohkan bagaimana ASEAN dapat dengan jelas menyampaikan pesan yang ditargetkan kepada Korea Utara.
Jadi kepada Korea Utara, katakan hal yang benar: Pemimpin Korea Utara, jangan lakukan hal-hal seperti ini, jangan salahkan orang lain, pedulilah pada rakyatmu sendiri, katanya.
“Tidak ada yang akan mengancam mereka, tidak ada yang akan memprovokasi mereka.”
Duta Besar kemudian mengatakan ancaman terhadap Korea Utara datang dari dalam negeri karena lemahnya kepemimpinannya.
Lee yakin peringatan dan suara ASEAN dapat diindahkan oleh Korea Utara.
Bagi Korea Utara, lanjutnya, ASEAN merupakan pihak yang penting dan tidak bisa ditinggalkan.
“Benar [Korut] mencoba mendekatkan ASEAN dengan mereka,” katanya.
Beberapa negara di Asia Tenggara memiliki hubungan diplomatik dengan Korea Utara. Negara-negara tersebut adalah Indonesia, Singapura, Thailand, Brunei, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja, dan Timor Leste.
Filipina memiliki hubungan dagang dengan Korea Utara tetapi tidak memiliki perwakilan di Pyongyang. Perwakilan Filipina untuk Korea Utara melalui kedutaan besar di Beijing, Tiongkok, dan perwakilan Korea Utara di Filipina melalui kedutaan besar di Bangkok, Thailand.
Anggota ASEAN lainnya, Malaysia, memiliki hubungan diplomatik dengan Korea Utara. Namun hubungan tersebut terhenti pada Maret 2021 akibat kasus ekstradisi pengusaha Korea Utara Mul Chol Myong ke Amerika Serikat.
Pada tahun 2021, pengadilan Malaysia memutuskan bahwa Mun dapat diekstradisi ke AS karena pencucian uang.
Korea Utara dan Selatan saling bermusuhan sejak berakhirnya Perang Korea pada tahun 1953. Meski terjadi gencatan senjata di antara mereka, namun secara teknis kedua negara masih berperang.
Korea Utara juga kerap melakukan uji coba rudal, terutama setelah Korea Selatan dan sekutunya, Amerika Serikat menggelar latihan militer.
Korea Utara mengklaim tes ini untuk melawan ancaman dari luar. Pemerintahan Kim Jong Un juga menganggap latihan militer tersebut sebagai persiapan invasi ke negaranya.
(isa/bac)