Korea Utara membatalkan perjanjian untuk mengurangi ketegangan militer dengan Korea Selatansetelah Pyongyang meluncurkan satelit mata-mata pada Selasa (21/11).
Kementerian Pertahanan Korea Utara pada Kamis (23/11) menyatakan kini telah membatalkan sepenuhnya perjanjian dengan Korea Selatan.
“Kami akan menarik tindakan militer yang diambil untuk mencegah ketegangan dan konflik militer di semua bidang termasuk darat, laut, dan udara, serta mengerahkan angkatan bersenjata yang lebih kuat dan perangkat keras militer jenis baru di wilayah sepanjang Garis Demarkasi Militer,” kata pernyataan dari Utara. Kementerian Pertahanan Korea, seperti dikutip AFPKamis (23/11).
Media pemerintah Korea Utara, KCNA, juga memberitakan bahwa Kementerian Pertahanan Korea Utara menyatakan “tidak lagi terikat” dengan perjanjian yang telah terjalin selama lima tahun.
Pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Utara muncul setelah media KCNA melaporkan pada hari Selasa bahwa pemimpin tertinggi Kim Jong Un telah meninjau gambar pangkalan militer AS di Guam melalui citra satelit mata-mata Malligyong-1.
AS mengecam keras peluncuran satelit Pyongyang, dan mengatakan bahwa Korea Utara melakukan “pelanggaran terang-terangan” terhadap sanksi PBB.
Sementara itu, Korea Selatan memutuskan untuk menangguhkan sebagian perjanjian dengan Korea Utara yang dicapai pada tahun 2018. Korea Selatan juga mengatakan akan melanjutkan operasi pengawasan di sepanjang perbatasan kedua negara.
Korea Utara pun geram dan membalas tindakan Korea Selatan dengan membatalkan perjanjian tersebut sepenuhnya.
Ini adalah upaya ketiga Pyongyang tahun ini untuk menempatkan satelit ke orbit. Peluncuran tersebut juga merupakan yang pertama sejak Kim bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di kosmodrom Rusia pada September lalu.
Militer Seoul melaporkan bahwa satelit Korea Utara berhasil memasuki orbit setelah diluncurkan. Namun, masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah satelit tersebut berfungsi dengan baik.
Dalam kesempatan yang sama, Kementerian Pertahanan Korea Utara juga menyatakan bahwa peluncuran satelit mata-mata kali ini merupakan bagian dari “hak untuk membela diri” Pyongyang.
Kementerian Pertahanan menuduh Korea Selatan membahayakan perjanjian mereka karena meningkatnya provokasi militer. Korea Utara kemudian menyebut keputusan Korea Selatan untuk menunda sebagian dari perjanjian tersebut sebagai tindakan yang “sembrono”.
“[Korea Selatan] “Mereka harus membayar harga yang mahal atas provokasi politik dan militer mereka yang tidak bertanggung jawab dan serius yang telah mendorong situasi saat ini ke fase yang tidak terkendali,” bunyi pernyataan dari Kementerian Pertahanan Korea Utara.
(blq/dna)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);