Jakarta, Pahami.id —
Serangan udara Israel di dalam Libanon pada Senin (23/9) menewaskan 274 orang, dimana 21 korban diantaranya adalah anak-anak. Selain ratusan korban jiwa, sekitar 5.000 orang juga mengalami luka-luka.
Israel dalam pernyataannya mengklaim telah menyerang sekitar 800 lokasi kelompok milisi Hizbullah di Lebanon selatan dan timur pada siang hari, termasuk melancarkan serangan di ibu kota Beirut.
Militer Israel mengklaim serangan mereka menargetkan titik-titik yang jauh di dalam wilayah Lebanon. Sumber Hizbullah mengatakan serangan Israel di Beirut menargetkan pejabat senior kelompok tersebut.
Juru bicara militer Israel Daniel Hagari memperingatkan kemungkinan serangan lebih lanjut dan menyerukan masyarakat di Lebanon untuk menghindari sasaran yang berpotensi terkait dengan Hizbullah.
Tentara Israel juga memperingatkan penduduk Lembah Bekaa di Lebanon timur untuk meninggalkan rumah mereka, karena Israel mengumumkan akan memperluas cakupan serangannya.
Menanggapi serangan sengit ini, Hizbullah mengatakan telah menembakkan roket ke pangkalan militer Israel di dekat Haifa. Kelompok ini juga menembakkan puluhan roket ke dua pangkalan Israel, sebagai tanggapan atas serangan mereka di wilayah selatan dan Bekaa.
Awal pekan ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim serangan itu demi “keseimbangan keamanan” di wilayah utara.
Sementara itu, wakil pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan mereka kini berada dalam “fase baru, yang merupakan perhitungan terbuka” dengan Israel, dan siap menghadapi semua opsi militer.
Akibat serangan ini, sekolah-sekolah di wilayah yang menjadi sasaran Israel akan ditutup selama dua hari. Warga Lebanon juga mengatakan mereka menerima pesan telepon dari Israel yang memerintahkan mereka untuk segera mengungsi.
(Dna)