Berita Kisah Warga Maluku Harus Ditandu 3 Hari ke Puskesmas di HUT ke-79 RI

by


Ambon, Pahami.id

Thadius Ilela (54), Warga Maraina, Kabupaten Seram Utara, Maluku Tengah, Provinsi Malukuharus dibawa keluar desanya berhari-hari dengan tandu untuk berobat ke puskesmas di Puskesmas pada Kamis (16/8) sore.

Situasi menyedihkan saat ini RI merayakan Hari Kemerdekaan (HUT) ke-79. Hal itu terpaksa terjadi karena Thadius tidak bisa berjalan karena rasa sakit di kakinya semakin parah. Pihak keluarga memutuskan untuk membawa Thadius ke Puskesmas agar sakitnya cepat sembuh.


Belum ada kendaraan yang bisa mencapai desa tersebut, sehingga warga membawa Thadius dengan cara ‘menunggang kuda’ alias digendong atau digendong secara bergantian. Mereka menempuh perjalanan selama tiga hari untuk mencapai puskesmas dari kediaman keluarga Thadius.

Dalam perjalanannya, mereka melintasi sungai yang berarus deras, jalan berlumpur, dan melintasi pegunungan terjal.

Mereka sempat beberapa kali beristirahat di tengah hutan. Tak hanya itu, perjalanan berjalan kaki yang melelahkan membuat mereka memutuskan untuk bermalam di tiga desa yakni Kaloa, Hatuolo dan Mailate.

Heni Lilin, salah satu petugas kesehatan yang bertugas di Maraina, mengaku tidak mudah untuk berobat ke Puskesmas yang ada di pusat desa. Mereka harus menempuh jalan rusak dan berlumpur, melewati beberapa titik terjal akibat longsor, serta naik turun gunung dan tebing.

“Kami ingin dia pulih, meski jalan yang kami hadapi, kami menempuh perjalanan selama tiga hari, kami mendaki gunung, menuruni lembah demi Thadius, kami berharap pemerintah bisa melihat penderitaan masyarakat pegunungan Manusela. ,” ujarnya melalui rekaman video yang diterima CNNIndonesia.com, Sabtu (17/8).

Heni menjelaskan, situasi sangat mencekam dan dirasakan warga saat mengantar pasien menyeberangi sungai yang deras. Ia berharap pemerintah bisa melihat penderitaan masyarakat pegunungan Manusela.

Sementara itu, Sekretaris Pemerintahan Negara Bagian Manusela Jems Eyale meminta pemerintah segera membangun akses lahan untuk memudahkan masyarakat pegunungan Manusela menuju pusat desa.

Negeri merupakan salah satu wilayah pemerintahan di Maluku yang berada di bawah kecamatan dan dipimpin oleh seorang kepala pemerintahan yang bergelar raja. Negara ini bersifat persaudaraan dan teritorial, serta terikat oleh hukum adat.

Jems mengatakan, kondisi jalan menuju lima negara di pegunungan Manusela itu hanya bisa dilalui kendaraan roda dua sejauh beberapa kilometer. Selebihnya, lanjutnya, warga harus berjalan kaki melewati hutan menuju desa di pegunungan Manusela.

“Kami warga negara Indonesia, namun kehidupan kami masih jauh dari perhatian pemerintah,” keluhnya.

Menurutnya, selama puluhan tahun, masyarakat pegunungan Manusela yang sakit harus berjuang menyelamatkan hidup mereka melintasi sungai yang deras, jalan berlumpur, lembah dan jurang karena terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan di sana.

Katanya, keadaan seperti ini sudah dirasakan sejak lama sebelum Indonesia merdeka. Kini, lanjutnya, Indonesia sudah berusia 79 tahun namun masih belum merasakan kemerdekaan.

Ia berharap penderitaan masyarakat pegunungan Manusela mendapat perhatian dari pemerintah pusat, khususnya presiden yang dilantik, Prabowo Subianto. Mereka meminta Prabowo Subianto, setelah dilantik pada bulan Oktober, untuk mendorong pembangunan jalan di daerah tersebut.

“Kami meminta Presiden terpilih Prabowo Subianto membangun jalan menuju desa agar kami tidak lagi menderita,” ujarnya.

Apa yang disampaikan Jems juga diamini oleh Marinus Temorubun yang merupakan Kepala Sekolah SD Maraina. Kata dia, ada lima desa di pegunungan Manusela, Kabupaten Seram Utara, yang masih terisolir. Desa-desa tersebut adalah Maraina, Kaloa, Hatuolo, Mailate dan Manusela.

Warga, kata dia, belum sepenuhnya merasakan kue pembangunan yang meliputi kesehatan, penerangan, pendidikan, dan akses jalan.

“Negeri ini telah merdeka selama 79 tahun, namun hingga saat ini masyarakat lima desa di pegunungan Manusela belum merasakan kemerdekaan. Alhasil, Pak Thadius dari Maraina kami pindahkan selama 3 hari ke Puskesmas, kami bermalam di jalan, dan di desa, kami masih sengsara,” ujarnya.

(sai/anak)