Berita Kisah Nelayan Batam Jatuh ke Laut Imbas Manuver Kapal Polisi Singapura

by


Batam, Pahami.id

DPD Persatuan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kepri mengunjungi kantor perwakilan Konsulat Singapura di Batam Center, Kota BatamKepulauan Riau Jumat (27/12).

Mereka keberatan dengan dugaan ancaman yang dilakukan perahu cepat Polisi Maritim Singapura menentang penangkapan ikan nelayan di perairan Pulau Nipah Batam.

Akhir pekan ini, salah satu korban yang diduga diancam Polisi Maritim Singapura, Al Danil Mahadir Van (18), menceritakan kisahnya kepada CNNIndonesia.com.


Danil yang merupakan nelayan asal Kampung Pulau Terong, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam mengatakan, dirinya terjatuh ke laut akibat kejadian tersebut. perahu cepat Bagian kecilnya bergoyang akibat pergerakan Kapal Patroli Maritim Singapura. Pergerakan kapal patroli Negeri Jiran tersebut menimbulkan gelombang besar dengan mengepung sejumlah kapal nelayan yang sedang menangkap ikan di perairan Pulau Nipah, Batam pada Selasa (24/12).

Ia bercerita, saat itu ia dan ayahnya, Kamarudin sedang memancing menggunakan perahu kecil. Mereka tidak sendirian, karena di waktu dan lokasi yang sama ada lima perahu lain dan total 7 nelayan lainnya sedang memancing di sana.

Tiba-tiba, lanjutnya, mereka dihampiri oleh kapal patroli Singapura yang langsung bergerak mengitari perahu nelayan tersebut untuk membawa mereka menjauh dari tempat mereka melaut. Padahal, kata dia, para nelayan Batam tersebut menyatakan masih berada di wilayah perairan Indonesia sehingga tetap bertahan.

“Tanggal 24 Desember, Selasa sekitar pukul 13.30, kami sedang memancing di lokasi itu. Tiba-tiba polisi Singapura datang mengusir kami dengan mengepung kami, dia datang dan menyuruh kami keluar. Tapi, kami tidak mau keluar, itulah mengapa kami merasakan batas wilayah kami [Indonesia] penangkapan ikan. Begitu terus berputar-putar, hingga ombaknya besar sekali. “Saya dibuang ke laut, itulah tragedinya,” kata Danil menceritakan pengalamannya, Sabtu (28/12).

Diakui Danil hari itu ia menemani ayahnya memancing untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun hari itu ada gangguan dari kapal patroli Polisi Maritim Singapura.

Nelayan lainnya, Muhammad Efendi dari distrik kecil yang sama, juga berbagi kesaksiannya terkait pergerakan kapal polisi Singapura. Menurutnya, selama ini dirinya dan nelayan tradisional setempat belum pernah ditolak kapal patroli Singapura seperti yang terjadi pada 24 Desember lalu. Namun, kata dia, setelah terjadi penumpukan di dekat Pulau Nipah yang berbatasan dengan Singapura, tiba-tiba kapal patroli negara tetangga tersebut bertindak menakut-nakuti nelayan setempat yang sedang memancing di lokasi tersebut.

“Sebelum ada tumpukan laut di kawasan itu, kami memancing di kawasan itu dengan aman, tidak diusir Polisi Singapura,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (27/12).

Pasca kejadian Selasa (24/12), ia bersama nelayan lainnya terus turun ke tengah laut untuk mencari ikan di perairan Pulau Nipah, namun masih ketakutan dengan pergerakan perahu polisi Singapura. Akibatnya, mereka harus meninggalkan perairan untuk menghindari kecelakaan di laut.

“Setelah kejadian itu kami langsung ke laut mencari makan, namun tetap diusir, kami tinggalkan untuk menghindari bahaya di laut,” ujarnya.

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari perwakilan Konsulat Singapura di Batam terkait pergerakan kapal patroli negara jiran tersebut yang diduga membuat takut nelayan setempat.

DPD Himpunan Nelayan Indonesia (HNSI) Provinsi Kepulauan Riau, mengunjungi kantor perwakilan Konsulat Singapura di Batam Center, Kota Batam, Kepulauan Riau, Jumat (27/12). (Pahami.id/Arpandi)

(arp/anak)