Jakarta, Pahami.id –
Ketua Dewan Eksekutif Sarjana Nahdlatul (PBNU) Yahya Cholil Staqu Menyampaikan permintaan maaf kepada publik untuk undangan kepada akademisi AS Peter Berkowitz, yang memiliki latar belakang Zionis Israel.
Yahya menjelaskan bahwa undangan itu merupakan bentuk kesalahan karena kurangnya akurasi dalam proses pemilihan sumber.
“Saya minta maaf atas kesalahan mengundang Peter Berkowitz terlepas dari latar belakang Zionisnya. Ini terjadi semata -mata karena kurangnya kurangnya seleksi dan sumber daya yang mengundang,” kata Yahya. Di antaraKamis (28/28).
Yahya mengklaim bahwa sikap PBNU terhadap perjuangan Palestina tidak pernah berubah. PBNU terus mendukung sepenuhnya kemerdekaan dan kedaulatan Palestina sebagai negara mandiri.
“PBNU mendukung perjuangan Palestina untuk memiliki negara yang bebas dan berdaulat,” katanya.
Selain itu, PBB juga mengutuk berbagai tindakan kekerasan dan serangan brutal oleh pemerintah Israel terhadap publik di Gaza.
“Saya dan PBNU mengutuk genosida kejam pemerintah Israel di Gaza,” katanya.
PBNU, katanya, meminta semua pihak, baik secara nasional maupun internasional, untuk bekerja keras untuk menghentikan pembantaian di Gaza dan mencari perdamaian yang adil dan berkelanjutan.
Nama Peter Berkowitz muncul setelah mengisi acara di University of Indonesia. Publik kemudian keberatan karena latar belakang yang sangat vokal dalam mendukung pembantaian Israel untuk Palestina.
Dari beberapa artikel yang ditulisnya, Berkowitz menganggap pendudukan Israel atas Palestina sebagai hak untuk membela diri. Bahkan, ia juga mengusulkan transfer Gaza ke Sinai yang terletak di Mesir.
Terlepas dari PBNU, Peter Berkowitz diundang untuk menjadi salah satu pembicara di Akademi Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU).
AKN NU adalah regenerator tertinggi dari PBNU yang dihadiri oleh lusinan peserta terpilih dan memberikan pembicara internasional. Tujuannya adalah agar kader terbaik NU memahami peta geopolitik global dan menavigasi arah perjuangan Nu Advanced,
NU akan dirancang sebagai program intensif untuk mencetak pemimpin NU di tingkat nasional. Peserta akan dilengkapi dengan pengetahuan strategis aktor global, bidang kelas dunia, untuk masalah internasional yang terkait dengan posisi Indonesia dan NU di rasi bintang global.
Sebelumnya, Yahya Cholil Staqu juga menyampaikan fotonya dengan Perdana Menteri Israel Genoside Benjamin Netanyahu Virus di media sosial.
Menurutnya, pertemuan itu berlangsung pada tahun 2018. Yahya mengatakan pada saat itu mengunjungi Israel untuk mewakili PBNU di Konferensi Global. Dalam acara tersebut, Yahya mencari kesadaran perdamaian dunia.
“Saya mengunjungi Israel ada kesempatan, bayangkan bahwa pada saat itu Dewan Eksekutif Nahdlatul Ulama diberi kesempatan untuk berbicara di depan konferensi global di seluruh dunia. Cobalah ketika saya tidak mau,” kata Yahya pada hari Kamis (4/17).
Yahya mengaku ditanya oleh Netanyahu tentang sikap Indonesia terhadap Israel. Dia menekankan bahwa sikap Indonesia tidak akan berubah sampai ada jalan keluar untuk Palestina.
“Misalnya, misalnya, saya bertemu dengan jabat tangan, tersenyum, ya, saya langsung ingin berpenampilan di sana, kan?
Tak lama kemudian, foto menunjukkan lima pemimpin NU muda untuk bertemu dengan presiden teroris Israel Issac Herzog dikritik.
Lima Nahdliyin yang bertemu adalah Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, Syukron Makmun dan Izza Annafeisa Dania. Mereka adalah administrator agen otonomi dan manajemen regional NU di tingkat regional.
Akibatnya, DKI Jakarta Pwnu telah menolak Mukti Ali, Roland Gunawan, dan Sapri Saleh dari manajemen Bahtsul TimeAil Institute (LBM) Pwnu Jakarta.
(Dal)