Jakarta, Pahami.id –
Jepang Laporkan beberapa jet tempur Cina Terbang ke pesawat Patroli Tokyo di Pasifik minggu lalu.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Jepang memberi tahu saya Afp Pada hari Kamis (12/6) bahwa jet tempur Tiongkok yang baru terbang sangat dekat dengan Patroli Tokyo.
Insiden itu terjadi pada hari Sabtu (7/6) ketika pesawat patroli Jepang berada di sekitar wilayah Pasifik. Jet J-15 China datang dari pesawat Shandong dan mulai terbang sangat dekat dengan pesawat Jepang selama 40 menit.
Acara kedua berlangsung pada hari berikutnya, dengan dua jet J-15 setelah pesawat patroli Jepang 80 menit.
“Dalam waktu yang lama, jet terbang sangat dekat dengan P-3C, dan mereka terbang pada jarak 45 meter [dari pesawat patroli]”Juru bicara itu berkata.
Menurut juru bicara itu, jet Cina pada hari Minggu melintasi wilayah udara sekitar 900 meter dari pesawat patroli. Pesawat petarung Beijing pada saat itu berada di depan Jepang.
Jarak ini cukup berbahaya karena dapat dicapai oleh P-3C hanya dalam beberapa detik.
“Pendekatan abnormal dapat menyebabkan tabrakan yang tidak disengaja, jadi kami telah menyatakan keprihatinan serius kepada orang Cina,” kata juru bicara pemerintah Yoshimasa Hayashi.
“Pemerintah akan terus berkomunikasi dengan Cina di berbagai tingkatan, sambil melakukan yang terbaik untuk berpatroli dan memantau wilayah udara di seluruh negara kami untuk mengamankan wilayah, air, dan wilayah udara kami,” katanya.
Personel militer Jepang dilaporkan tidak terluka dalam insiden itu.
Insiden semacam itu terjadi pada bulan Mei dan Juni 2014. Pada waktu itu, jet tempur Tiongkok SU-27 terbang 30 meter dari pesawat militer Jepang di Laut Cina Timur.
Jepang pada waktu itu marah dan menyerukan duta besar Cina untuk penjelasan.
Pekan lalu, Direktur Program Keamanan Ekonomi dan Program Inovasi Kebijakan di Tokyo University Daisuki Kawai mengatakan kepada AFP bahwa pergerakan pesawat Cina saat ini dapat dikaitkan dengan ketegangan ekonomi negara dengan Amerika Serikat.
Menurutnya, Beijing dengan sengaja bertindak saat ini karena dia pikir AS tidak bisa merespons.
“Beijing memperhitungkan bahwa Amerika Serikat tidak benar -benar -benar menginginkan atau bisa merespons militer saat ini [karena ketegangan yang terjadi]. [Maka dari itu Beijing]Melihat ini sebagai kesempatan untuk menunjukkan kemampuan militernya yang berkembang, “katanya.
(BLQ/RDS/BAC)