Jakarta, Pahami.id —
Indonesia dan Papua Nugini berbagi perbatasan darat di Pulau Papua, dengan garis lurus agak melengkung di bagian bawah yang lebih menonjol masuk ke dalam wilayah Papua Nugini.
Jika dilihat pada peta, perbatasan kedua negara tegak lurus dari atas, yang sebagian besar dibentuk oleh garis bujur 141 derajat BT.
Namun di bagian bawah, garisnya sedikit melengkung ke arah barat. Mengapa demikian?
Dilaporkan Inggrislekukan di bagian bawah garis batas ini mengikuti Sungai Fly, sepanjang kurang lebih 80 kilometer dimulai dari barat daya Kiunga.
Kelokan Sungai Fly ini membuat garis perbatasan antara Indonesia dan Papua Nugini yang hampir tegak lurus terlihat sedikit melengkung di bagian bawahnya.
Namun selain faktor geografis, beberapa sumber menyebutkan bahwa garis lengkung pada perbatasan ini juga dipengaruhi oleh sejarah era kolonial negara-negara Eropa.
Dilansir dari situs resmi Pemerintah Provinsi Papua Selatan, jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa, kawasan ini dihuni oleh suku-suku yang hidup dengan berburu dan berkebun.
Memasuki abad ke-19, bangsa Eropa mulai menjajah Pulau Papua. Saat itu, kawasan tersebut masih dipenuhi hutan lebat yang belum dijelajahi.
Beberapa suku yang tinggal di selatan terkenal dengan praktiknya pengayauan atau “pengayauan” oleh suku-suku pedalaman.
Dirangkum dari berbagai sumber, praktik berburu disebut-sebut cukup meresahkan pemerintah kolonial Inggris.
Kondisi interior yang rumit dan keberadaan Flying River yang besar membuat Inggris kesulitan menghilangkan praktik pengayauan.
Hal ini membuat Inggris dan Belanda mulai melakukan renegosiasi perbatasan wilayah jajahannya, sehingga Inggris dapat memantau perbatasan lebih jauh ke hulu sungai, tanpa harus melintasi perbatasan.
(dna/bac)