Berita Kampus Tak Boleh Dikelola Berdasar Relasi Kelompok

by


Jakarta, Pahami.id

Ketua Kepemimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir Universitas mengatakan saat ini berada di era yang berkualitas dan tidak lagi menjadi rutin.

Haedar mengatakan akreditasi dan peringkat adalah standar resmi yang mencerminkan kualitas lembaga pendidikan tinggi.

Dia mengutip Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan Universitas Malang (UMM) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang sering bergiliran di 10 kampus nasional teratas, dan diakui secara internasional.


“Kampus harus dikelola dengan cara yang modern, efisien, efektif, dan obyektif. Ini tidak dapat dikelola secara pribadi, berdasarkan hubungan, keluarga, atau kelompok,” katanya, sambil mengisi kuliah tamu di Universitas Muhammadiyah (UNISMUH) Makassar, Minggu (6/4) Di antara.

Haedar juga menekankan pentingnya tata kelola kampus berdasarkan keahlian dan profesionalisme.

Dia mendorong kampus untuk terus bergerak maju dan progresif setiap tahun. Dosen yang memiliki gelar doktor dan profesor juga diharapkan untuk meningkatkan kontribusi mereka dalam penelitian dan dedikasi, tidak hanya menuntut hak tanpa memenuhi kewajiban mereka.

“Kalau tidak, dosen hanya akan menjadi beban. Kampus juga harus membangun ekosistem penelitian yang produktif, bukan hanya formalitas,” katanya.

Dia menyebut universitas di Jepang seperti Universitas Nara sebagai contoh penelitian teladan. Unismuh, katanya, dapat mengembangkan penelitian sosial yang terkait dengan agenda pembangunan negara.

Haedar mengingatkan pentingnya komitmen semua akademisi nilai Muhammadiyah.

“Kampus bukan hanya tempat untuk mencari pekerjaan, tetapi ruang layanan dan ibadah. Pasti ada komitmen yang kuat untuk Muhammadiyahan,” katanya.

Kemerdekaan Muhammadiyah Regional

Pada saat yang sama, Haedar mengatakan kemandirian finansial Muhammadiyah di wilayah atau wilayah itu adalah kekuatan sejati, karena pusat tersebut tidak mensubsidi pengembangan fisik.

“Pusat ini tidak mensubsidi kecuali untuk daerah -daerah yang terisolasi. Area -daerah seperti Sulawesi Selatan tumbuh dari kekuatan mereka sendiri,” kata Haedar sebagai tanggapan terhadap deklarasi Sulawesi Selatan Muhammadiyah Konstruksi Pengembangan Sumber Daya Manusia di Makassar.

Haedar mengatakan pembangunan sebuah bangunan yang dirancang untuk menaikkan 13 lantai yang ditargetkan akan selesai dalam satu tahun, sepenuhnya dari dana internal Muhammadiyah di daerah dan wilayah, serta dukungan sukarela dari berbagai pihak.

“Kebutuhan akan pembangunan bangunan adalah sekitar 74 miliar. Ini menunjukkan bahwa kemandirian finansial Muhammadiyah di wilayah atau wilayah adalah kekuatan sejati, karena tidak disubsidi oleh pusat, hanya area terisolasi yang menerima bantuan pembangunan fisik,” katanya.

(FRA/antara/FRA)