Jakarta, Pahami.id —
Pemimpin Hizbullah Naim Qassem mengatakan dia akan terus berjuang Israel sampai ada tawaran jangka waktu gencatan senjata dapat diterima oleh kelompok tersebut. Hizbullah tidak akan meminta gencatan senjata.
Hal ini disampaikan Qassem dalam rekaman pidato pertamanya setelah ditunjuk sebagai bos baru Hizbullah. Pernyataan tersebut disiarkan di televisi pada Rabu (30/10).
“Jika Israel memutuskan untuk menghentikan agresi, kami katakan kami menerimanya, namun dengan persyaratan yang kami anggap tepat,” katanya. Al JazeeraKamis (31/10).
“Kami tidak akan meminta gencatan senjata,” tambahnya.
Namun, ia mengatakan hingga saat ini upaya politik untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Israel belum membuahkan hasil.
Hizbullah telah berkoordinasi dengan Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, lawan bicara utama Lebanon dengan Amerika Serikat, yang telah mengajukan serangkaian proposal gencatan senjata.
“Sejauh ini belum ada usulan proyek yang disetujui Israel dan kami bisa bernegosiasi,” kata Qassem.
Menurutnya, kini Hizbullah sedang melaksanakan rencana yang ditetapkan mantan pemimpinnya yang tewas dalam perang yang sedang berlangsung.
Qassem mengatakan serangkaian serangan Israel yang menargetkan Hizbullah dalam beberapa tahun terakhir telah merugikan kelompoknya. Serangan Israel termasuk ledakan pager dan walkie-talkie pada pertengahan September dan pembunuhan mantan pemimpin Hassan Nasrallah.
Namun, setelah serangan itu, Qassem memastikan Hizbullah dapat bangkit dan mengatur kembali barisannya dalam waktu delapan hari setelah kematian Nasrallah.
“Kemampuan Hizbullah masih ada dan cocok untuk perang jangka panjang,” ujarnya.
Qassem ditunjuk sebagai pemimpin Hizbullah untuk menggantikan Nasrallah Selasa lalu. Hassan Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran Beirut pada akhir September.
Qassem adalah salah satu pendiri Hizbullah. Sebelum diangkat sebagai pemimpin baru, ia menjabat sebagai wakil Nasrallah selama lebih dari tiga dekade.
(pta)