Jakarta, Pahami.id –
Israel melaporkan lobi Sudan Selatan Untuk memindahkan orang Palestina dari Strip Gaza Sampai hari ini masih kejam oleh Tel Aviv.
Tiga sumber untuk Reuters Dikatakan bahwa sejauh ini belum ada kesepakatan yang tercapai antara Sudan Selatan dan Israel terkait dengan permintaan ini. Namun, lobi masih berlangsung.
Jika perjanjian itu terjadi, rencana tersebut akan memaksa Gaza untuk meninggalkan rumah dan tanah air mereka sendiri, terlepas dari regenerasi wilayah dan untuk “kehidupan yang lebih baik”.
Namun, Sudan Selatan juga memiliki banyak pekerjaan rumah jika benar untuk menerima warga negara Gazania ini. Karena, negara di tengah Afrika telah terpapar dengan kekerasan politik dan etnis selama bertahun -tahun.
Menurut tiga sumber, lobi Israel dan Sudan Selatan dapat dibahas ketika Menteri Luar Negeri Sudan Selatan Semaya Kumba mengunjungi Israel bulan lalu.
Berita diskusi antara Israel dan Sudan Selatan pertama kali dilaporkan oleh Surat Kabar Terkait Pada hari Selasa minggu ini, mengutip enam orang yang tahu masalahnya.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Kementerian Luar Negeri Israel tidak berkomentar dari tiga sumber.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS juga menolak untuk mengomentari rencana AS atau dukungan untuk ide tersebut, “Kami tidak membahas percakapan diplomatik tertutup.”
Lobi antara Israel dan Sudan Selatan juga terjadi ketika wacana pemerintah Indonesia akan menampung ribuan orang Gaza di Pulau Galang juga dibahas.
Sejumlah pengamat dan pengamat hak asasi manusia telah mengkritik rencana Indonesia. Karena, meskipun dianggap sebagai bentuk bantuan kemanusiaan, tetapi ketika dilihat lebih jauh, niat baik ini tampaknya menghaluskan rencana Israel dan Amerika Serikat yang berusaha mengosongkan jalur Gaza.
Bulan ini Netanyahu juga menyatakan keinginannya untuk mengembangkan kontrol militer di Gaza. Awal pekan ini, Netanyahu sekali lagi menyebutkan bahwa Palestina harus meninggalkan daerah itu secara sukarela.
Para pemimpin Arab dan dunia menolak gagasan memindahkan orang Gaza ke negara lain. Palestina mempertimbangkan langkah yang sama dengan “nakba” (bencana) yang baru, merujuk pada insiden 1948 ketika ratusan ribu orang melarikan diri atau diusir selama Perang Arab-Israel.
Anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Wasel Abu Youssef mengatakan kepemimpinan Palestina dan Palestina “menolak setiap rencana atau ide untuk memindahkan rakyat kami ke Sudan Selatan atau di tempat lain.”
Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan dari kantor Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari Kamis.
(RDS)